Kamis, 31 Desember 2009

Mandalawangi - Pangrango (puisi Soe Hok Gie)

sendja ini, ketika matahari mulai turun
ke dalam djurang-djurang mu
aku datang kembali
ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbitjara
tentang manfaat dan guna
aku bitjara padamu tentang tjinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku tjinta padamu, Pangrango jang dingin dan sepi
sungaimu adalah njanjian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
dan bitjara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian
menghadapi jang tanda tanja
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah, dan hadapilah"

dan antara ransel-ransel kosong
dan api unggun jang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu
melampaui batas-batas djurangmu
aku tjinta padamu Pangrango
karena aku tjinta pada keberanian hidup



Djakarta, 19-7-1966
Soe Hok Gie

menjelang tahun baru

hari ini beli buku Soe Hok Gie, Sekali Lagi... berhasil di beli dari uang honor artikel. selengkapnya di lanjutin nanti.

Seorang Nenek Tua

(untuk Enin tersayang)


Seorang nenek tua tengah berbaring
di tempat tidurnya.
Salam rindu tak tertahankan dari kejauhan.
Hati ingin bersua apa daya tak dapat bersua.
Sebuah do'a mengirimi malam ini.




Bandung, 29 Desember 2009

Puing-puing Kehidupan

Hidup dalam ketidakadilan
Hidup dalam kemelut
Hidup dalam kemunafikan
Hidup dalam carut-marut

Kehidupan seakan tak terkendali
Kembali ke titik nadir

Berdiri ditengah puing-puing kehidupan
yang telah luluh lantak.
Tak menyisakan sedikit harapan
agar tercipta masa depan cerah.


Bandung, 29 Desember 2009

Kupu - Kupu Kertas

Khayalan kupu-kupu kertas
terbang melayang bebas di udara.
Khayalan kupu-kupu kertas
berhiaskan sayap warna-warni nan cantik.
Khayalan kupu-kupu kertas
menghirup semerbak harumnya bunga di taman.
Khayalan kupu-kupu kertas
menari-nari indah di bawah hangatnya matahari.
Khayalan kupu-kupu kertas
memiliki jiwa agar menjelma sebagai kupu-kupu sejati.



Bandung, 29 Desember 2009

Senin, 28 Desember 2009

Suara Alam

Rumput ilalang bergoyang di tiup angin
Angin berhembus kencang
Gemericik air membasahi bumi
Tanah kini tak lagi gersang




Bandung, 28 Desember 2009

Sayap - Sayap Malaikat

Sayap - sayap malaikat mendekatlah
Melekatlah erat dalam tubuhku
Sayap - sayap malaikat mendekatlah
Bawalah aku ke langit ke tujuh

Ingin aku bertemu dengan-Nya
Mengutarakan keluh kesah
Kemelut kehidupan duniawi
Seolah tiada akhir

Ingin aku bersujud d hadapan-Nya
Memohon ampunan atas segala dosa
Mungkin karena aku ini lautan dosa
Tak pantas untuk meminta

Dengar permintaanku ini
Aku ingin kemelut kehidupan duniawi ini
diakhiri dengan senyuman indah
Menuju surga-Mu yang damai




Bandung, 28 Desember 2009

Sabtu, 26 Desember 2009

Hari Ibu

Hari ini dunia merayakan hari ibu
Serempak umat manusia mengagungkan seorang ibu

Di hari ini aku terenyuh
Sadara sepupuku bersimpuh di hadapan seorang ibu
Membasuh bersih telapak kakinya dengan air
Dengan ikhlas ia meminum air itu

Aku termenung
Saudara sepupuku telah mengalami pahitnya kehidupan
Di balik pahit kehidupan telah mendapatkan anugerah seorang Alif

Aku masih terlalu mentah untuk memahami perjuangan seorang ibu
Aku beruntung menyaksikan ini
Aku terpacu untuk menjadikan setiap hari adalah hari ibu




Bandung, 22 Desember 2009

Menjadi Perempuan

Mual dengan rentetan peristiwa politik di tanah air
Rentetan peristiwa ibarat sebuah drama
Mulai jenuh melihat rentetan peristiwa penuh rekayasa

Hidup tak selamanya menonton adegan drama
Aku ingin menikmati hidup dengan menjadi Perempuan
Menjadi perempuan bukan terlepas dari sebuah drama

Kehidupan tak akan pernah terlepas dari drama
Manusia bertingkah laku itu bagian drama
Perempuan salah satu tokoh didalamnya

Menjadi perempuan suatu panggilan hati
Menjadi perempuan bukan sebuah pelarian
Menjadi perempuan suatu bentuk pendewasaan diri





Bandung, 20 Desember 2009

Drama Politik

Jenuh aku disajikan menu makanan "Drama Politik" setiap waktu
Sarapan di pagi hai membuatku mual dijejali menu "Drama Politik"
Makan siang membuatku sakit kepala dijejali menu "Drama Politik"
Di sore hari disuguhi cemilan "Drama Politik" yang membuat perut melilit
Makan malam pun masih dengan menu yang sama
Belum sempat menyentuhnya aku langsung mual, sakit kepala
dan sakit perut yang melilit kembali menerjang
Rasa ingin muntah tak tertahankan
dan tak lama aku memuntahkan menu "Drama Politik" dari dalam perut
Perutku pun tak mau mencerna



Bandng,16 Desember 2009

Keadilan

Menggema suara-suara mempertanyakan keadilan
Suara-suara rakyat memekik kesakitan
Rintihan rakyat yang telah lama terabaikan

Keadilan, keadilan, keadilan
Seolah mudah didapatkan

Setengah melupa bahwa keadilan itu sesuatu yang transendental
Sesuatu yang transendental bukan produk dari dunia
Tak usah heran rintihan rakyat yang memekik kesakitan itu
terdengar hanya buaian semu





Bandung, 15 Desember 2009

Sabtu, 12 Desember 2009

Senangnya hari Minggu ini..

pagi2 jam 7.52 tiba2 aja ada sms dari kang Budhi Setyawan. tau kan dy seorang penyair puisi. sempet bingung juga kok bisa tau nomor aku dr siapa yah?. kang Budhi nanyain apa bener ada puisi2'y dimuat di Radar Bandung. Kebetulan aku baca hari ini dan ternyata emang dimuat disitu.
Trus ada permintaan teman 1 orang. kamu tau dr siapa? dari temen sebangku waktu SMA namanya Dina Purwanti. Oh my God! udah lama nyari2 Dina di FB sampe salah add orang yg namanya sama, tp orang itu masih SMA.
Hari ini juga temen aku waktu SMP upload undangan pernikahannya tgl 20 Des nanti. Meskipun bentrok sama temen aku di Bandung pastinya aku usahain dateng kok.
Hari ini penuh kejutan.

Kamis, 10 Desember 2009

Pelukan Seorang Bayi

(untuk Alif keponakanku tersayang)

Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk membebani ayah dan ibunya?
Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk menyaksikan pertikaian dua keluarga?
Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk tidak merasakan kasih sayang seorang ayah?

Malam itu ketika semua orang tertawa
larut dalam kebahagiaan.
Aku tak menemukan dalam sorot matanya yang mungil.
Sebaliknya aku menemukan rasa kepedihan.
Kepedihan yang aku pun tak sanggup mengalaminya.

Aku mencoba untuk tersenyum dalam kebahagiaan itu.
Tangan mungil itu menyentuh pundakku
sehingga aku tak sanggup untuk menjauh.
Aku rangkul tubuh mungilnya yang lembut
dan aku merasakan kepedihan itu.
Tubuh mungil yang lembut itu membalas
merangkulku dengan wajah sendu.

Tuhan...
Mengapa Kau kejam membiarkan seorang anak yang belum mencapai
satu tahun hidup di dunia ini mengalami pahitnya hidup ini?
Tuhan...
Tak akan Kau berikan kebahagiaan untuk tubuh
mungil itu walau hanya sekejap saja?

Aku tahu Engkau Maha Adil.


Bandung, 2 Desember 2009

Kuningan, Aku Akan Datang!

Tiba waktunya seorang mahasiswa
mengabdikan diri sepenuhnya kepada masyarakat.
Pengabdian diri merupakan
bentuk pelaksanaan kata-kata.
Mencoba memahami isi alam dan sekitarnya.
Berselaras dengan alam.

Kuningan...
Disanalah akan kuhabiskan
hari-hari selama kurang lebih satu bulan.
Memahami makna kehidupan.

Kuningan...
Aku akan datang!
Semoga disana masih tersimpan
sebongkah mimpi dan harapan.



Bandung, 4 Desember 2009
(setelah sorenya daftar KKNM1 Online, lokasi yang dipilih Cilimus, Kuningan)

Jumat, 04 Desember 2009

Ballada Dua Anak Pengamen Bus

Berangkat kuliah jam 1 siang. Naik bus Damri AC. Ngga lama kemudian naik dua anak pengamen hendak mencari nafkah. Tapi tiba-tiba saja dilarang oleh kondektur bus Damri AC tersebut. Aku bertanya2 dalam hati "kenapa ngga boleh nyanyi?". Oh mungkin karena bus ini adalah AC bukan tempat para pengamen tapi tempat para eksekutif. Di lihat dari harga tarifnya jelas berbeda dengan bus Damri AG (angin gelebug). Mungkin dua anak pengamen tersebut hanya dianggap pembuat gaduh, sedangkan dalam bus tersebut harus tertib dan hening. Dua anak tersebut pasrah saja, diam dan tak berontak sedikitpun. Mereka kelihatannya anak-anak yang baik.

Pas ada penumpang turun minta dibawakan bawaannya yang berat lalu salah satu pengamen itu membantu dan mendapat imbalan 5000 rupiah. Polosnya anak itu kebingungan uang itu harus disampaikan ke kondektur. Ibu2 di sebelahku dan aku serempak memberitahu bahwa itu rizki kamu. Anka itu baru mengerti dan tersenyum. Ibu2 di sebelahku menginterogasi mereka berdua. Akhirnya ibu2 itu memberi 5000 rupiah. Mungkin supaya adil dapat masing2 5000 rupiah.

Kesabaran membawa berkah. Tak perlu sakit hati karena tak dianggap dalam kesejukkan bus AC itu. Buktinya Tuhan masih selalu memberi rezeki bagaimanapun caranya. Aku percaya bahwa Tuhan itu adil.

Hari Kamis, 03 November 2009

Senin, 30 November 2009

Isyarat

Menjelang tengah malam
aku telah melanggar janji pada diri sendiri.
Mungkinkah aku kini
telah kehilangan sebuah prinsip?
Prinsip yang amat aku junjung tinggi.
Inikah isyarat bahwa logika
telah ditaklukkan oleh perasaan?
Aku melupa bahwa aku perempuan,
makhluk yang dikuasai oleh perasaan.
Benarkah demikian?

Beribu alasan untuk menjauh
dari drama pertunjukkan yang dominan menggunakan perasaan.
Aku berpikir bahwa perasaan itu semu,
hanya sebatas imajinasi belaka.
Aku tak ingin terperosok
jauh ke dalamnya.
Aku hanya ingin dalam kehidupan nyata,
mungkinkah?
Entah apa yang telah ku bicarakan ini,
antara nyata dan semu.
Dua dunia yang menyatu dalam satu tubuh,
bernama perempuan.

Detik demi detik aku terperosok
masuk ke dalam dunia semu yang begitu melelahkan.
Semakin aku menghayati sosok dalam drama pertunjukkan itu
semakin aku menemukan sebagian yang mirip sosok dia.
Banyak hal yang amat bertentangan
dengan drama pertunjukkan itu terutama masalah budaya.
Ada beberapa yang membuat aku berdecak kagum.
Ada persamaan pemikiran tentang mempertanyakan "konsep jodoh",
terus terang aku tak sepakat dalam budaya itu.
Setiap orang mempunyai jodohnya masing-masing,
jodohnya itu dekat di hati.

Menjelang dini hari aku semakin terperosok
ke dalam dunia semu yang begitu melelahkan.
Aku berusaha tetap menggunakan akal sehat,
bagiku drama pertunjukkan itu terlalu sempurna.
Benarkah di dunia ini memiliki
sosok yang begitu sempurna?
Aku ibarat berada di negeri impian
bertemu dengan sosok yang begitu sempurna.
Sungguh sangat absurd, pikirku.

Drama pertunjukkan pun telah selesai dan aku benar-benar
telah terperosok ke dalam dunia semu yang begitu melelahkan.
Hati ini pun menjadi tak tenang,
mencoba kembali mengingat sosok dia.
Sesegera mungkin aku mengambil air wudhu
dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an.
Aku berdo'a kepada Allah swt
agar dapat mengirimkan sebuah isyarat untuk dia.
Dia yang ku sebut namanya semoga merasakan
sebuah isyarat yang kukirim melalui perantara ayat-ayat Al-Qur'an.



Bandung, 28 November 2009
(dini hari setelah menonton film Ayat-Ayat Cinta)
melanggar janji nonton film itu karena banyak yang bertentangan dalam masalah budaya.

Angka 19

Angka 19,
sangat membekas dalam ingatan.
Tak peduli orang lain tak menganggapnya penting.

Angka 19,
sungguh hari yang penuh makna.
Dimana aku bisa sepenuhnya mengirim isyarat.

Angka 19,
hari dimana aku bisa tersenyum ketika tak ada satu orang pun bisa membuatku tersenyum.
Tak ada yang mengetahui, itu adalah kado terindah dalam hidupku.

Angka 19,
bertepatan hari ulang tahun bapak, seseorang pun mengirim isyarat penuh makna.
Aku ragu, mencoba bertanya dan mencari jawaban.

Dalam hati aku bertanya, "apa isyarat itu benar adanya?"
Aku beruntung sesuatu telah memberi sedikit jawaban akan hal itu.
Sampai detik ini aku masih meraba-raba untuk memahami isyarat itu.
Aku ingin sekali menyelami dalamnya sepasang mata itu.



Bandung, 25 November 2009

Kamis, 26 November 2009

Menemukan Sebuah Jawaban

Hidup di dalam dunia penuh kepingan puzzle kehidupan.
Menimati,menimati dan menimati tap kepingan puzzle kehidupan tanpa mengeluh sampai mana akan tersusun rapih.
Dalam menemukan puzzle kehidupan terkadang penuh pertanyaan-pertanyaan besar.
Pertanyaan-pertanyaan besar yang mengundang berbagai penafsiran.
Terkadang penafsiran masih menjauh dari kebenaran.
Harapan akan selalu ada dalam menemukan sebuah kebenaran meskipun kebenaran itu pahit adanya.
Aku beruntung Tuhan masih terus membimbingku ke suatu perjalanan untuk menemukan sebuah jawaban.
Satu hal, jangan pernah puas dan berhenti apabila telah menemukan sebuah jawaban.
Terus mengayuh,mengayuh dan mengayuh karena masih banyak yang belum terpecahkan menanti di hadapan mata.


Bandung, 25 November 2009

Senandung Nyanyian Dalam Bus

Laju angin berhembus menyusup ke dalam kaca jendela.
Air hujan yang membasahi bumi ini terasa menyejukkan hati.
Diiringgi senandung nyanyian silih berganti dengan tema yang sama.
Seolah memahami apa yang ada di dalam hati.

Senandung nyanyian yang menghangatkan tubuh, jiwa dan pikiran.
Senandung nyanyian yang seolah tak ingin membiarkan aku dalam kosong.
Senandung nyanyian yang melengkapi indahnya hari ini.




Jatinangor, 24 November 2009

Hari Ini

Hari ini indah
dan aku ingin tetap berada disini.
Waktu begitu cepat berlalu
sehingga aku tak dapat menikmati.
Tanpa ada kesempatan
untuk sekedar menyapa hari ini.


Jatinangor, 24 November 2009

Sabtu, 21 November 2009

3 Buah Kakao

Hanya terjadi di negeri ini. Sebuah negeri yang lemah dalam penegakkan hukum. Sulitnya menemukan keadilan. Keadilan telah lama menumpuk di tumpukkan gunung sampah dan hampir membusuk.

Seorang ibu tua telah lupa akan negeri ini yang tergadaikan. Seorang ibu tua telah lupa alam beserta isinya kini milik para pemodal. Seorang ibu tua telah lupa bahwa kini tak dapat menikmati hasil alam dengan gratis.

Ketika tiga buah kakao tak dapat dinikmati lagi dengan gratis. Ketika tiga buah kakao membuka mata ibu tua akan kejamnya realita kehidupan. Ketika tiga buah kakao menjadi bukti ketidakadilan.

Miris melihat realita kehidupan di negeri ini. Ketika kaum kecil dipaksa dengan waktu singkat mematuhi hukum. Di lain pihak kaum besar di biarkan berlarut-larut dalam mematuhi hukum.

Benar adanya hukum di negeri ini hanya memandang suatu kekuatan. Hanya mengadopsi persaingan dunia hewan di alam bebas. Si kuat akan menang dan si lemah akan kalah.


Bandung, 20 November 2009

Do'a Untuk Teteh

Mungkin banyak sekali sifat yang selalu bertentangan antara aku dan Teteh.
Ketika perselisihan sering terjadi dan tak dapat terbantahkan lagi.
Semua itu tak akan membuatku untuk tak mau mendo'akannya.

Bahkan banyak yang ingin aku panjatkan do'a kepada Allah SWT untuk meredakan ini semua.
Aku ingin semua ini berakhir dengan damai dan indah.

Ya Allah SWT Lindungilah Teteh dimana pun ia berada.
Ya Allah SWT Berilah kesehatan lahir dan bathin untuk Teteh.
Ya Allah SWT Perbaikilah hubungan diantara Teteh dengan Mamah.
Ya Allah SWT Bukakanlah pintu hati Teteh.
Ya Allah SWT Berilah jodoh untuk Teteh, yang terbaik.
Ya Allah SWT Masukkanlah Teteh ke dalam golongan-Mu yang sedikit, penghuni surga.
Ya Allah SWT Sayangilah Teteh seperti ia menyayangiku di waktu kecil.
Amiin Yaa Robbal 'Alamin.



Bandung, 15 November 2009

Jalur Gaza

Mengapa perang tak bisa dihentikan?
Tak sadarkah bahwa telah banyak korban berjatuhan dalam situasi seperti ini?
Hanya mementingkan ego, kekuasaan dan kepentingan golongan.

Seharusnya mereka tahu itu tak hanya berdampak di negeri mereka saja.
Tengoklah negeri lain pun terkena dampaknya.
Tak hanya fisik sebagai korban namun psikologi pun sebagai korban.

Tepatnya negeri ini pun terkena dampak psikologi.
Adanya kasus penganiayaan yang terjadi di SMAN 82 Jakarta.
Sistem senioritas memakai istilah "Jalur Gaza" yang tak diperkenankan bagi sang junior.
Ketika sang junior melintasi "Jalur Gaza" habislah mereka di hantam sang senior.

Siapa yang bertanggung jawab atas hal ini?
Apakah tak cukup menambah korban demi korban?

Bagi kalian di negeri perang
Tak ada kebosanan kah di dalam diri kalian?


Bandung, 7 November 2009

Cicak VS Buaya

Cicak melawan buaya, sebuah perumpamaan yang dipakai dalam pertentangan konflik antara "KPK" dan "Polisi".
Perumpamaan yang ampuh tersebut pertama kali dalam Majalah Tempo, 16 Juni 2009.
Sebuah metafor yang memberi imajinasi akan adanya ketidakseimbangan.

Cicak merupakan reptil kecil. Tak lebih 10 sentimeter panjangnya. Hidup di dinding-dinding rumah. Mangsanya nyamuk-nyamuk kecil.
Buaya merupakan reptil besar. Panjangnya bahkan sampai 8 meter. Kulitnya kasar keras, moncongnya menakutkan dan mendadak bisa menyerang. Pembunuh. Mangsanya hewan lain, juga manusia.

Muncul imajinasi dari sebuah metafor.
Metafor bukan sebingkai hiasan.
Metafor bukan sebuah simbol.

Dari sebuah metafor itu muncul imajinasi yang mengatakan adanya adu kekuatan.
Pertentangan konflik yang hanya dapat diselesaikan oleh kekuatan.
Layaknya perseteruan dunia hewan di alam bebas.
Akhirnya tak berdasarkan hukum sebagai aturan bersama.

Lalu dimana keberadaan hukum saat ini?
Benarkah hukum telah menghilang?
Tak mudah untuk menemukan dan kembali menegakkannya.


Bandung, 3 November 2009

Sengketa Tanah

Sekilas melihat konflik yang terjadi antara aparat keamanan dengan rakyat.
Adapun konflik yang terjadi antara warga dengan warga lainnya.
Satu permasalahan yang sama yakni sengketa tanah.

Konflik dibumbui rasa benci, amarah, gusar bahkan tak heran terjadi adu fisik dengan menggunakan senjata.
Diantara mereka tak lagi memedulikan "nilai manusia", hanya memedulikan "sebidang tanah dan bangunan".
Mungkin saat ini manusia tak ada nilainya lagi karena jauh dibawah nilai suatu benda.

Yang menjadi pertanyaan sebenarnya tanah itu milik siapa?
Benarkah tanah itu milik aku, kamu, mereka dan kalian?


Jatinangor, 20 Oktober 2009

Rabu, 28 Oktober 2009

Memperingati Sumpah Pemuda di Kampus

Setengah kesel juga hari ini ke kampus tapi ngga ada dosen. Selidik punya selidik ternyata dosen yang ngajar hari ini jadi pembicara di acara Bedah Buku "Api Sejarah" - Mansur. Ternyata pengorbanan ke kampus hari ini ngga sia-sia. Sampai nginep di kosan Yantie demi kuliah hari ini. Soalnya minggu kemaren ngga ke kampus soalnya mamah lagi ke Bogor sama Bi Lisna.

Jam 10 pagi aku, Mawar dan Mitha menuju gedung PSBJ. Acara dimulai dengan sambutan dari PD III (Pak Budhiana). Acara "kawih sunda". Diserahkan ke moderator (Pak Awalludin). Pembicara pertama Pak Reiza D. Dienaputra. Pak Reiza membicarakan tentang visualisasi sejarah. Ada benarnya juga, mahasiswa sejarah terlalu akrab dengan tulisan tapi disuguhi sebuah visualisasi mereka kebingungan. Misalnya, seperti foto2 tokoh sejarah saja banyak yang tak mengenali siapa orang tersebut. Ironis sekali bukan?
Pak Reiza juga menjelaskan tentang simbol-simbol dalam sejarah. Contoh kecilnya saja simbol-simbl tersebut banyak dipakai oleh parpol saat ini.

Kemudian dilanjutkan oleh Pak Asvi Warman Adam. Pak Asvi banyak membicarakan soal pujian dan kritik terhadap buku tersebut. Kritik yang paling pedas adalah kata2 Pak Asvi tentang agama itu tidak relevan dijadikan sebagai sumber, agama tidak bisa diperdebatkan. Jelas-jelas Pak Asvi mengatakan bahwa dia bertentangan dengan Pak Mansur. Pak Mansur - kanan dan Pak Asvi - kiri. Sehingga Pak Asvi menjelaskan tentang adanya bahaya ekstrem kanan : Museum Waspada Purba Wiwesa (Jakarta), Woyla, Talangsari, Lampung dan Tanjung Priok.

Tiba giliran Pak Mansur berbicara. Benar apa yang diatakan Pak Asvi ternyata pembicaraan Pak Mansur kental dengan Islam. Beliau menjelaskan bahwa warna merah putih itu berasal dari Islam. Merah itu kental dengan Islam. Keliru apabila hijau dijadikan simbol Islam. Makanya tak heran parpol2 Islam yang simbolnya berwarna hijau selalu kalah. Atap Ka'bah itu Merah dan dasarnya putih. Kemudian beliau menyindir hadirin yang memakai pakaian berwarna hijau. Pada yang bepakaian hijau maka kembalilah ke Islam. Itu kena banget, pas banget yang pake baju hijau di belakang. Mudah-mudahan jadi insyaf. Amiin. Kok mikirin orang itu yah? Terserah dia aja kali yah. Beliau juga sangat mengagungkan wanita.

Bermakna banget hari ini. Sayangnya ada yang ngga dateng. Berhubung mamah ke Jatinangor. Ketemuan di depan gerbang depan. Trus aku ke Batu Api mo pinjem buku buat bahan tugas kuliah. Pulangnya aku ngelihat dia. Kenapa dia ngga hadir di acara tadi? Apa dia tahu itu pemikiran "seorang kanan" dan dia kan "seorang kiri". Apapun itu aku tetap kagum kok.

Sabtu, 24 Oktober 2009

Dengan Kasih Sayang

Dengan kasih sayang
kita simpan bedil dan kelewang.
Punahlah gairah pada darah.

Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat
ciumlah mesra anak jadah tak berayah
dan sumbatkan jarimu pada mulut peletupan
kerna darah para bajak dan perompak
akan mudah mendidih oleh pelor.
Mereka bukan tapir atau badak
hatinya pun berurusan cinta kasih
seperti jendela terbuka bagi angin sejuk!

Kita yang sering kehabisan cinta untuk mereka
cuma membenci yang nampak rompak.
Hati tak bisa berpelukan dengan hati mereka.
Terlampau terbatas pada lahiriah masing pihak.
Lahiriah yang terlalu banyak meminta!

Terhadap sajak yang paling utopis
bacalah dengan senyuman yang sabar.
Jangan d benci kaum pembunuh.
Jangan biarkan anak bayi mati sendiri.
Kere-kere jangan mengemis lagi.
Dan terhadap penjahat yang paling laknat
pandanglah dari hati jendela hati yang bersih.


(Empat Kumpulan Sajak, 1961)
W.S. Rendra

Senin, 19 Oktober 2009

Do'a Untuk Bapak

Aku mungkin bukan orang pertama
yang mengucapkan do'a untukmu Bapak.
Disampingmu seorang isteri setia
menemani hari-harimu Bapak.

Di hari ini aku berdo'a untukmu Bapak.
Ya Allah SWT!
Berilah kesehatan lahir dan bathin untuk Bapak.
Berilah ampunan-Mu untuk Bapak.
Berilah kemudahan di dunia dan di akhirat untuk Bapak.
Lindungilah Bapak dimanapun ia berada.
Jauhkanlah Bapak dari malapetaka dan marabahaya.
Sayangilah Bapak seperti
ia menyayangiku di waktu kecil.

Amiin Yaa Robbal 'Alamin.

Jatinangor, 19 Oktober 2009

Sabtu, 17 Oktober 2009

Rumah Impian

Pernahkah terlintas memiliki rumah impian?
Rumah impian ruang melepas lelah
Rumah impian ruang berteduh
Rumah impian ruang berimajinasi

Tanpa ada satu pun yang berani mengusik
Dengan lantang aku berucap "Rumah impian ini milikku!"

Rumah impian tak perlu kemewahan
Tengoklah rumah impian seorang penyair Rahardi
Rumah impian nan indah
Rumah impian nan bersahaja
Rumah impian nan selaras dengan alam


Bandung, 11 Oktober 2009

Keluarga Feodalisme

Bertahun-tahun berupaya menghindar
dari realitas budaya Sunda.
Lekat, dekat, kental
dengan sistem feodalisme.
Lagi-lagi materialisme
merupakan segalanya.
Tali kekeluargaan bersifat semu.
Hanya sebatas materialisme.

Menak, Priyayi, Golongan Atas
sesuatu yang absurd bagiku.
Lalu dimana keadilan bagi keluarga tak berpunya?
Mereka tak dianggap keberadaannya.
Mereka terasingkan.
Mereka bagaikan penyakit menular
yang patut dihindari.
Lalu dimana makna kata "keluarga"?
Kata "keluarga" hanya bersifat semu.
Hanya sebatas materialisme.

Aku lelah dengan semua ini.
Tak dapat diubah realitas ini?
Telah mengakar hingga sulit untuk diubah.
Aku ingin menjadi "seorang Sunda"
tanpa feodalisme.


Bandung, 11 Oktober 2009

Senyuman Kecil

Sesuatu yang tak direncanakan
Mengalir apa adanya
Meski hati ini telah mati rasa

Kata-kata menghilang sulit diucapkan
Senyuman kecil ini menyadarkanku
Cukup sampai disini



Jatinangor, 9 Oktober 2009

Minggu, 04 Oktober 2009

Doa Seorang Pemuda Rangkasbitung di Rotterdam

Bismillahir rohmanir rohiim

Allah! Allah!
Napasmu menyentuh ujung jari-jari kakiku
yang menyembul dari selimut.
Aku membuka mata
dan aku tidak bangkit dari tidurku.
Aku masih mengembara
di dalam jiwa.

Burung-burung terbakar di langit
dan menggelepar di atas bumi.
Bunga-bunga apyun diterbangkan angin
jatuh di atas air
hanyut di kali, dibawa ke samodra,
disantap oleh kawanan hiu
yang lalu menggelepar
jumpalitan bersama gelombang.

Aku merindukan desaku
lima belas kilo dari Rangkasbitung.
Aku merindukan nasi merah,
ikan pepes, desir air menerpa batu,
bau khusus dari leher wanita desa,
suara doa di dalam kabut.

Musna. Musna. Musna.
Para turis motel dan perkebunan masuk desa.
Gadis-gadis desa lari ke kota
bekerja di panti pijat,
para lelaki lari ke kota menjadi gelandangan.
Dan akhirnya
digusur atau ditangkapi
disingkirkan dari kehidupan.
Rakyat kecil bagaikan tikus.
Dan para cukong
selalu siap membekali para penguasa
dengan semprotan antihama.
Musna. Musna. Musna.

Kini aku di sini. Di Rotterdam.
Menjelang subuh. Angin santer.
Jendela tidak terbuka,
tapi tirainya aku singkapkan.
Kaca basah. Musim gugur.
Aku mencium bau muntah.
Orang negro histeri ketakutan
dikejar teror orang kulit putih
di tanah leluhurnya sendiri
di Afrika Selatan.
Kekerasan. Kekuasaan. Kekerasan.
Dan lantaran ada tambang intan disana,
kekuatan adikuasa orang-orang kulit putih
juga termasuk yang demokrat,
memalingkan muka,
bergumam seperti orang bego,
dan mengulurkan tangan di bawah keja,
melakukan kerja sama dagang
dengan para penindas itu.
Dusta. Dusta. Dusta.
Ya Allah Yang Maharahman!
Tanganku mengambang di atas air
bersama sampah peradaban.

Apakah aku akan berenang melawan arus?
Langit nampak dari jendela,
Ada hujan bulu-bulu angsa.
Aku hilang di dalam kegagapan.
Ada trem lewat.
Trem? Buldoser? Panser?
Apakah aku akan menelepon Linde?
Atau Adrian?
Berapa lama akan sampai
kalau sekarang aku menulis surat
kepada Makoto Oda di Jepang?
Sia-sia. Musna. Dusta.

Rotterdam! Rotterdam!
Hiruk pikuk suara pasar di Jakarta.
Bau daging yang terbakar.
Biksu di Vietnam protes membakar diri.
Perang saudara di India yang abadi.
Aku termangu.
Apakah aku akan menyalakan lampu?
Terdengar lonceng berdentang.
Berapa kali tadi? Jam berapa sekarang?
Ayahku di Rangkasbitung selalu bertany:
Kapan kamu akan menikah?
Apakah kamu akan menikah dengan
perempuan Indonesia atau Belanda?
Kapan kamu akan memberiku seorang cucu?
Apakh lampu akan kunyalakan?
Di Rangkasbitung pasti musim hujan sudah datang.
Kenapa aku harus punya anak?
Kalau perang dunia ketiga meletus
nuklir digunakan,
angin bertiup,
hujan turun,
setiap mega menjadi ancaman.
Jadi anakku nanti harus mengalami semua ini?
Rambut rontok. Kulit terkelupas.
Ampas bencana tidak berdaya.
Ah, anakku, sekali kamu dilahirkan
tak mungkin kamu kembali mengungsi
ke dalam rahim ibumu!

Suara apakah itu?
Electronic music?
Jam berapa sekarang?
Apakah sudah terlambat untuk salat subuh?
Buku-buku kuliah di atas meja.
Tanganku menjamah kaca jendela.
Dan dari jauh datang mendekat:
wajahku.
Apakah yang sedang aku lakukan?
Ya Allah Yang Maharahman!
Tanganku mengambang di atas air
bersama sampah peradaban.
Apakah aku harus berenang melawan arus?
Astaga! Pertanyaan apa ini!

Apakah aku takut? Ataukah aku menghiba?
Apakah aku takut lalu menghiba?
Pertanyaan apa ini!
Ya Allah Yang Maharahman.
Aku akan menelepon Linde.
dan juga Adrian.
Aku akan menulis surat kepada Makoto Oda.
Tanganku mengepal di dalam air
tercemar smph peradban.
Tidak perlu aku meras malu
untuk bicara dengan imanku.

Allah Yang Maharahman,
imanku adalah pengalamanku.


Bojong Gede
6 Nopember 1990
(dari Orang-orang Rangkasbitung, 1993)

W.S. Rendra

Jumat, 02 Oktober 2009

Hari Batik - 2 Oktober

Adanya isu negara tetangga mengklaim beberapa seni dan budaya Indonesia, bangsa ini seolah kebakaran jenggot. Tiba-tiba menjadi naik pitam. Batik salah satu diantara yang akan diklaim oleh negara tetangga. Mungkin ini sebuah peringatan bagi bangsa ini agar mau menghargai warisan budaya yang amat berharga ini. Sebelum ada isu tersebut bangsa ini seolah tak peduli dengan keberadaan seni dan budaya sendiri. Bahkan terlampau memuja seni dan budaya negara lain. Terutama berkiblat ke budaya Barat. Sungguh menyedihkan. Bangsa ini seolah-olah kehilangan identitas bangsa sendiri.

Ada hikmah di balik setiap peristiwa. Ambil hikmah positif dari adanya peristiwa tersebut. Mari kita budayakan Batik di tengah maraknya arus globalisasi. Batik adalah Indonesia.

Indahnya suasana di kampus. Pagi-pagi disuguhi pemandangan Batik dimana-mana. Senangnya, ternyata mahasiswa saat ini sebagian besar sudah sadar akan identitas bangsanya sendiri. Sedikitnya mencoba mencintai budaya bangsa sendiri. Setidaknya, supaya mahasiswa "Malaysia" yang kuliah di Indonesia menjadi sadar. Batik milik Indonesia. Dari dulu sampai kapan pun. Selamanya.

Mampir ke kosan Yanti kurang lebih jam 12 siang. Disuguhi berita tentang musibah gempa Padang 7,6 SR dan tidak ketinggalan berita tentang Batik. Hari ini, tepatnya tanggal 2 Oktober di Jakarta semarak dengan masyarakatnya memakai Batik.
Mudah-mudahan ini bukan menjadi momentum sesaat. Akan dilakukan secara terus menerus. Sehingga bisa mengakar di kehidupan bangsa ini.

Berdo'a agar dunia mau mengakui keberadaan Batik sebagai milik Inddonesia. Agar tak ada satu pun negara lain yang berani mengklaim lagi. Semoga.

Rabu, 30 September 2009

Ada apa dengan tetanggaku?

Sebelum adzan maghrib Ua (panggilan tetanggaku itu) dianterin sama Bu Hendra (tetangga sebelahnya) ke dokter (kayaknya sih...). Ua keliatan lemes banget. Ada apa yah? Keliatannya Ua sakit deh. Aku bingung kenapa ngga anak atau menantunya yang nganterin ke dokter? kenapa Bu Hendra? Kok tega anak dan menantunya?

Padahal pas hari senin kemarin dateng pagi2 kurang lebih jam 06 pagi ke rumah. Minal adin wal faidzin ke mamah. Keliatannya baik-baik aja.

Aku takut umurnya ngga lama lagi. Ua umurnya lumayan udah agak tua. Sedikit lebih tua dari mamah. Aku sedikit khawatir soalnya orang yang deket ajalnya suka minta maaf dulu ke semua orang. Tanpa disadari semua orang yang dimintai maaf. Aku harap Ua baik-baik aja. Kembali sehat lagi. Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.

Mamah lagi di Tasik lagi hari ini. Aku belum sempet kasih tahu mamah. Nanti mamah pasti kaget dan khawatir juga sama keadaan Ua. Di komplek sekarang lagi banyak yang aneh-aneh. Anaknya Bu Rudi, Teh Galih namanya suka nangis secara tiba-tiba. Kata Bu Rudi katanya Teh Galih itu ada yang ngejailin orang yang pernah suka sama Teh Galih dulu tapi ditolak. Orang itu seorang dosen di UPI, katanya sih. Jadi, sekarang teh Galih menjadi seorang "indigo". Pas ngeliat makhluk-makhluk halus suka nangis-nangis gitu karena ketakutan.

Apa iya masih ada hal-hal seperti itu? Kedengarannya amat sangat absurd. Entahlah. Aku bukan orang yang percaya sama hal yang berbau mistik. It's impossible for me.

Minggu, 27 September 2009

Sakit Membawa Berkah

Hmm... kemaren malem itu boro-boro bisa berselancar di dunia maya kayak malem ini. Mencoba menceritakan kronologis kejadian malem kemaren meskipun sedikit ngga penting. Hehehe. Kemaren malem habis posting Resensi Buku Jermal di blog sama di catatan facebook tiba-tiba aja kepala pusing. Bener-bener ngga tahan. Ditambah perut mendadak sakit lagi. Damn!. Menderita banget di malam minggu lagi. Jadinya berbaring di tempat tidur deh. Tadinya mau jalan-jalan keluar tapi bener-bener fisik aku lemah banget waktu itu. Ngga jadi jalan-jalan deh. Hiks..

Semaleman aku ditemenin mamah disamping aku. Mamah is the best for me. Mamah orangnya pasti ngga tegaan ngeliat anaknya sakit sedikit aja udah panik banget. Alhasil semaleman aku ditemenin mamah. Waahh... senengnya. Iya dong mamah siapa dulu??

Semaleman ngga bisa tidur. Sakit kepala dan sakit perut yang amat menyiksa. Ampun deh. Kapok. Ngga mau-mau lagi ngerasain kayak gitu. Btw, kenapa yah sakitnya kok tiba-tiba gitu? Ngga permisi dulu gitu. Penyakit yang aneh.

Sempet tidur sebentar. Mimpi yang aneh. Tapi cukup membuat aku tersenyum.

Pagi hari pasukan Wiwin, Vina dan Damar menyerbu kamar. Mereka gangguin aku terus. Sedikit ngehibur juga ditengah sakit kepala yang udah agak mendingan. Mereka terus cengcengin aku. Huffftt...

Akhirnya sore hari maksain buat berselancar di dunia maya ini. Ngga ada yang berbeda. Masih tetap sama. Oh iya nambah lagi friendlist di facebook. Dia sama hobi nulis juga. Malah udah bikin buku My Life Is An Open Book. Yang bikin penasaran buku ini kata dia kontroversial karena terlalu membuka aib diri sendiri dan orang lain. Seru juga. Itu tandanya berani jujur sama diri sendiri dan pembaca. Ada beberapa orang lagi nambah friendlist di facebook. Mereka Novaldi Lawan Penindas dan Juniatus Cornelis Talibura Tubulau. Hmm.. nama yang sedikit nyentrik. Tapi keliatan dari posting di facebook mereka update tentang "kemanusiaan". Ada satu orang lagi Air - Novel Ababiel. Yang satu ini penulis novel berbau agama. Senangnya nambah temen-temen yang unik.

Dilanjutin malem ini, tepatnya malem senin mencoba untuk berselancar di dunia maya lagi. Berharap ada yang beda lagi. Yupz.. malem ini ada yang berbeda. Sedikit menghibur. Padahal ngga diharapkan lagi loh. Aneh yah.
Sayangnya ada sedikit gangguan teknis di komputer nih. Alhasil cuma beberapa menit aja gitu. Menyebalkan memang.

Makasih Allah SWT udah kasih aku keringanan dalam sakit aku ini. Sekarang udah agak mendingan sakit kepala dan sakit perutnya. Makasih juga udah bikin aku terhibur. Meski hanya sesaat. Makasih buat semuanya. Engkau memberiku sakit itu tandanya Engkau masih menyayangi aku.

Sabtu, 26 September 2009

Resensi Buku Jermal

Judul Buku : Jermal
Penulis : Yokie Adityo
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Agustus 2009
Tebal : vi + 142 hlm;20,5 cm

Jaya, seorang bocah berumur 12 Tahun, mempunyai harapan bekerja di Jermal. Sebelum ibunya wafat sempat memberitahu Jaya agar bertemu bapaknya di Jermal. Jermal serupa dengan ajungan minyak lepas pantai mini, terdiri dari balok dan papan kayu yang diikat jadi satu. Sebuah gubuk terbuat dari seng-seng tua diatasnya. Jermal adalah tempat penjaringan ikan ditengah laut.

Jaya, bocah itu, diantar oleh seorang pembawa surat untuk menemui Bandi si bisu. Bandi adalah seorang juru masak sebuah Jermal. Setiap beberapa minggu sekali ia turun ke darat, mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari untuk dibawa ke Jermal. Banyak yang kemudian menitipkan anak untuk diikutsertakan ke Jermal. Mereka adalah anak-anak di bawah umur untuk dipekerjakan.

Jaya bukan tipikal anak yang mengandalkan otot. Ia seorang anak biasa yang masih mengandalkan orang tua. Namun, Jaya harus tetap bertahan bekerja di Jermal. Jaya mulai menyadari risiko yang mengancam: kekerasan, pelecehan, dan yang terburuk, kehilangan nyawa!.

Di Jermal, Jaya beserta anak-anak lainnya bekerja keras. Upah mereka nantinya berkisar Rp 250.000,00 sebulan. Berita perihal mereka sesekali diangkat dalam artikel di koran-koran lkal, tetapi tidak ada yang peduli. Anak-anak di bawah umur terus diperas tangannya. Jermal, tempat anak-anak bekerja siang dan malam.

Sejak rezim Soeharto, pekerjaan para relawan LSM bertambah mudah. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak melarang adanya pekerja di bawah umur. Pihak yang berwenang, seperti kepolisian dan Angkatan Laut, mulai memberikan dukungan pada usaha mereka memotong jalur mempekerjakan anak di bawah umur, utamanya di Jermal.

Sebuah LSM yang secara teratur mengunjungi tiap Jermal untuk melihat, merazia, apakah ada anak di bawah umur yang dipekerjakan. Jika ada, mereka rela bersusah payah melacak anggota keluarga sang anak di daratan dan mengantarnya pulang atau sebaliknya salah satu anggota keluarga akan diajaknya mengunjungi jermal, menjemput si anak untuk kembali ke rumah. Sering keluarga anak-anak itu tidak mengetahui kondisi di jermal sebenarnya dan terkejut saat diberi tahu ataupun saat datang melihat langsung.

Kehidupan di Jermal sangat keas. Tidak ada jam untuk bermain sepakbola. Yang ada hanyalah jam-jam menarik jaring berisi ikan. Para bocah dibayar agar siaga 24 jam. Tepat tengah malam pun, mereka bangun bekerja. Mereka diperbolehkan turun ke darat tiap tiga bulan sekali. Sedangkan, tauke-tauke itu akan datang tiap dua minggu sekali. Pada saat itu, mereka akan mengambil ikan hasil tangkapan para pekerja cilik sambil mengantar barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sering kali mereka juga membawa anak baru untuk dipekerjakan.

Jangan pernah bicara soal makan. Menu makan tiap hari tidak akan pernah diganti. Sebagai pencari ikan, sudah jelas ikanlah yang akan mereka santap tiap jam makan, ditambah satu sayur yang tahan lama seperti kol atau wortel. Jangan juga bicara soal mandi. Ditengah laut, air tawar yang terbatas diutamakan untuk minum, dan minum.

Setiap kali razia dilakukan anak-anak itu selalu bersembunyi. Bandi memasuki kamar dengan seorang polisi dan seorang anggota LSM. Mereka melihat sekeliling kamar yang tidak berpenghuni. Hanya suara jangkrik yang terdengar.

Bagaimana Jaya dapat bertahan hidup dalam situasi keras di Jermal? Jaya, terlalu lemah dan cengeng sehingga ia harus melewati masa-masa ospek terus menerus. Bahkan selamanya. Anak seperti itu akan menjadi kacung bagi anak-anak lainnya. Menjadi bulan-bulanan dan diinjak-injak martabatnya. Apakah Jaya dapat mewujudkan harapannya bertemu dengan bapaknya? Harapan yang begitu besar hingga mengalahkan ketakutannya.

Membaca novel "Jermal" ini membuat pembaca mengetahui isu-isu penting seperti kemiskinan dan pekerja di bawah umur. Novel "Jermal" ini memberikan gambaran tentang betapa kerasnya kehidupan di Jermal. Selain itu, memberikan informasi akan adanya ketertindasan anak-anak di Jermal.


Arlin Widya Safitri, tinggal di Bandung.

Selasa, 22 September 2009

Ngga jadi ke Tasik... hiks...

Rencananya hari ini mau ke Suryalaya tapi ngga jadi deh. Hiks. Berhubung ada keluarga aki Didang ke rumah tadi siang. Kurang lebih jam 11 siang. Jadinya rencana ke Tasik diundur jadi hari Rabu besok. Latif ma Dhea udah pada nanyain terus bih via facebook. Udah kangen ma aku. Aku emang ngangenin sih hehe ^_^.

Hari ini juga udah nulis Resensi Buku Paris Lumiere de l'Amour: Catatan Cinta dari Negeri Eiffel. Baca deh... seru loh... Jadi tahu sebagian tentang Paris.

Berkaitan dengan kue, mamah sampe detik ini masih terus aja bikin kue. Rada jenuh juga sih. Tapi tetep bantuin mamah dong. Tadi Mang Ujang (tukang air) juga udah kebagian. Mang Yaya udah dikasihin kemarin malem. Mang Ahmad udah pas hari ke-2 lebaran. Tinggal Mang No nih. Kemana Mang No yah? kok belum dateng-dateng ke rumah? jangan-jangan sakit lagi. Lega rasanya udah berbagi rezeqi.

Resensi Buku Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel

Judul Buku : Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel
Penulis : Rosita Sihombing
Penerbit : Lingkar Pena
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : 186 hlm


Siapa yang belum pernah mendengar perihal kota paling romantis di dunia yang satu ini? Siapa pula yang tidak tahu tentang kemegahan Eiffel atau keindahan Champs-Elysees? beragam informasi dan berita mengenainya dapat kita temukan dengan mudah di media. Namun, bagaimana jika Paris dihadirkan dalam bentuk kisah-kisah keseharian yang ditulis dengan sepenuh hati oleh warga kotanya yang notabene berdarah Indonesia?

Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel adalah curahan hati penulis dan pengamatan pribadi terhadap lingkungan sekitarnya. Uniknya, aneka peristiwa tersebut dipaparkan dari sudut pandang seorang perempuan berlatar belakang Timur, sekaligus seorang FTM (Full Time Mother) yang berdomisili di kota yang bersangkutan.

Banyak hal menarik yang diperoleh dari bab demi babnya. Misalnya, dalam Bab 1 Voila, Paris!. Dalam bab ini ada hal yang menceritakan Suka Duka Angkutan Umum. Di negara maju seperti Perancis yang notabene sudah mengalami kemajuan pesat dalam teknologi masih menghargai adanya Velib (sepeda sewaan) (hal. 9 - 14). Di Perancis pun Ada Tunawisma. Perancis negara maju, pasti ada masalah sosial termasuk menyangkut pengemis atau orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Setiap bulan seorang tunawisma mendapat tunjangan rutin dari pemerintah Perancis sekitar 300 euro. Kebijakan pemerintah Perancis untuk warganya yang menganggur (hal. 21 - 23). Adapun China Town, Surga Belanja Orang asia, Tang feres merupakan distributor makanan Asia terbesar di wilayah Eropa. Disana terdapat bahan makanan ala Indonesia disana-sini, sayur kangkung, sawi, kacang panjang, petai, daun pisang, tahu kuning, aneka cendol. Ada juga aneka buah-buahan khas Asia. Belum termasuk makanan kalengan seperti kelapa muda, kolang-kaling, rambutan dan masih banyak lagi (hal. 31 - 34).

Dalam Bab 2 Bon Appetit! Ada hal menarik karena dipaparkan adanya Gado-Gado Paris (yang dinamai sendiri oleh Penulis) (hal. 47 - 49). Adapun tulisan Lain Negara, Lain Teman Kejunya. Di Perancis, keju dijadikan menu utama. Teman makanan yang asin, spaghetti misalnya atau dimakan sendiri sebagai penutup (hal. 51 - 52).


Dalam Bab 3 Aktivitas-Aktivitas Seru. salah satunya terdapat tulisan Asyiknya 14 Juli, seperti telah diketahui 14 Juli merupakan tanggal yang amat bersejarah bagi masyarakat Perancis. pada tanggal tersebut, tepatnya tahun 1789 ketika Louis XVI berkuasa, revolusi Perancis meletus. Runtuhnya penjara Bastille merupakan awalnya. Setiap tanggal 14 Juli, masyarakat Perancis mengadakan perayaan diantaranya pesta kembang api dan parade militer. Tidak jauh berbeda dengan peringatan kemerdekaan ala Indonesia. Bedanya di Perancis tidak diadakan lomba-lombaan seperti panjat pinang, makan kerupuk atau balap karung (hal. 61 - 64).
Adapun kisah menarik dalam Demam Piala Dunia 2006 di Jerman. Paris identik pula dengan sepakbola. Lihat saja para pecinta berat sepakbola negeri ini, diantaranya Paris Saint - Germain (klub sepakbola Paris) yang kegilaannya tidak jauh beda dengan pendukung fanatik arek Suroboyo. Pada pertandingan Piala Dunia 2006 di Jerman, kehebohan para fans tim Les Bleus (sebutan untuk tim sepakbolanya Perancis) dapat dilihat dengan jelas. Setidaknya setelah tim Perancis kalah dari tim Italia. Namun, bukan Perancis namanya jika tidak mengenal pesta. Kendati para supporter merasa kecewa dengan kekalahan pada Piala Dunia kala itu, umumnya mereka tetap merasa bangga. Tak ada satu pun teriakan atau cacian kepada tim kesayangan Perancis itu. Mereka tetap menunjukkan rasa terima kasih atas usaha keras para pemain untuk mengharumkan nama bangsa (hal. 79 - 81).

Di dalam Bab 4 Keseharian. Adapun kisah menarik yang dialami penulis dan keluarga mengenai pengalaman tertinggal kunci apartemennya. Penulis menceritakan betapa mahalnya harga kunci. Tukang kunci itu bekerja tidak lebih dari 30 menit. Ongkosnya sebesar 577.32€, tambah sedikit saja bisa membeli tiket pesawat PP Jakarta - Paris (hal. 89 - 92).

Di dalam Bab 5 Saat Muslim Bukan Mayoritas. Ada tulisan Istiqomah, dipaparkan Perancis yang dikenal dengan sebutan negeri Laik ini. Laik kurang lebih artinya negara yang pemerintahannya tidak berdasarkan sistem keagamaan. Contoh kongkret, sekolah-sekolah negeri tidak diperkenankan memberikan mata pelajaran agama kepada siswanya. Para siswa, tenaga pengajar, pegawai di sekolah negeri, sampai pegawai di lembaga milik pemerintah dilarang mengenakan jilbab, salib agama Kristen dan topi yarmulke agama Yahudi. Meskipun banyak kecaman dunia terhadap larangan ini, pemerintah tidak ambil pusing. Suka atau tidak suka, masyarakat yang tinggal di negeri ini harus menjalankannya (hal. 103 - 107).
Selain itu, masih di Bab 5 terdapat tulisan Nama Arab di CV? Nanti Dulu...!.
Ketika rasisme terhadap Italia dan Afrika mulai tidak kentara pada era 80-an, masyarakat Perancis keturunan Arab adalah korbannya. Masyarakat keturunan Arab disini umumnya dikenal sebagai orang-orang Magreb (yang berasal dari Aljazair, Tunisia dan Maroko). Salah satunya yang sering dipersoalkan adalah mengenai nama mereka yang berbau Arab. Dan ini tidak terjadi di Perancis saja, di negara Barat lain pun demikian. Beberapa waktu lampau kaum muda Perancis keturunan Magreb merasa merasa tertekan dengan situasi demikian. Mereka kesulitan memperoleh pekerjaan di Perancis, karena sudah pasti CV yang mereka serahkan ke perusahaaan mencantumkan nama berbau Arab (hal. 129 - 131). Adapun tulisan Bulan Suci di Paris. Dipaparkan berpuasa di Perancis membutuhkan perjuangan yang lebih. Selain kultur budaya dan agama, faktor alam juga mempertebal perbedaannya. Di musim panas berpuasa bisa sampai 19 jam (hal. 139 - 141).


Buku ini berisi kumpulan kisah menarik yang merupakan pengalaman yang dialami oleh Penulis. Penulis tak hanya menceritakan sisi positif mengenai Paris tetapi menceritakan sisi negatifnya juga. Setidaknya, buku ini diharapkan dapat menjawab rasa ingin tahu banyak kalangan tentang kehidupan di kota Paris, seperti keadaan sosialnya, budaya, ekonomi, politik, agama, serta aspek lainnya.

Arlin Widya Safitri, Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah Fasa Unpad

Minggu, 20 September 2009

Hari Raya Idul Fitri 1430 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Alhamdulillah kita semua kembali ke fitri. Sebulan penuh berpuasa. Sebulan penuh beribadah pada-Nya. Yang jadi pertanyaan tahun depan ketemu bulan Ramadhan lagi ngga yah? Ketemu lagi Hari Raya Idul Fitri lagi ngga yah? Mudah-mudahan aja tahun depan bisa ngerasain lagi indahnya bulan Ramadhan dan menikmati hari kemenangan Idul Fitri. Amiin.

Pas hari Raya Idul Fitri gini masa mamah masih aja bikin kue. Katanya sih buat dibagiin ke petugas keamanan di komplek perumahan sekitar (namanya mang Yaya), tukang becak yang juga suka bantu-bantu di rumah (mang No dan Mang Ahmad namanya). Soalnya, yang kemaren itu pesenan sekitar keluarga dulu. Bikin kuenya mepet juga pas mau udah deket ke lebaran. Jadinya buat orang-orang yang membutuhkan jadi terakhir deh. By the way, hari lebaran di sekitar komplek tempat tinggal aku udah mulai sepi. Rumah-rumah udah pada ditinggal penghuninya. Rumah sebelah kanan aku udah mudik pas sahur terakhir. Soalnya mereka mudiknya jauh ke daerah Jawa Tengah. Rumah sebelah kiri aku masih rame soalnya anak-anaknya pada dateng mengunjungi mereka. Tinggal beberapa hari lagi aku dan keluarga mau mudik juga ke Tasik, tepatnya didaerah Suryalaya. Insya Allah deh.

Latif (sodara sepupu aku di Tasik) udah kepingin curhat katanya. Latif bilang via facebook. Yupz... siap jadi pendengar yang baik. Sama nih aku juga pengen curhat ma Latif. Banyak banget yang mau aku ceritain ke Latif. Banyak banget yang udah aku alami. Semua hal selama ini.

Sabtu, 19 September 2009

Malam Takbiran

Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar...
Laa ilaahailallahu wallahu akbar Allahu akbar walillah ilhamd.

Ngga terasa bulan Ramadhan sudah di penghujung waktu. Tiba saatnya menyambut kemenangan di hari raya Idul Fitri. Kita semua kembali ke fitrah yang suci. Mudah-mudahan ibadah kita di bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Amiin.

Nemenin Damar (ade yang jelek, hihi..) maen Pet Society. Rencananya habis ini mau nyalain kembang api. Waah... pokoknya mau menikmati malam takbiran yang indah ini dengan senyuman.

Tadi sebelumnya ke salon dulu ditemenin ma Damar. Malem takbiran gini salon buka sampe malem. Lumayan banyak juga yang ke salon pas malem takbiran. Apa ini bisa dikatakan sebagai budaya?

Pulang dari salon ngeliat yang jualan kembang api jadinya mampir dulu kesana. Malem takbiran sambil nyalain kembang api. Yuhuuu... seru!!! Damar antusias banget. Seneng ngeliat Damar antusias gitu. Aku sama Damar terhanyut dalam suasana 'penuh senyuman' di malem takbiran ini.

Oiy, tadi sore abis ketemu Teh Iyang di jalan kliningan. Teh Iyang kasih parcel lebaran dan segala macem keperluan buat lebaran. Padahal bukan itu yang diharapin. Tahun ini ngga lebaran bareng Teh Iyang. Udah hampir biasa ngehadepin kayak gini. Meskipun kepengen banget kumpul satu keluarga utuh. Tapi selalu ngga pernah utuh. Teh Iyang terlalu memegang egonya. Sudahlah. Terserah.

Rabu, 16 September 2009

Bantuin mamah bikin kue.....

Bikin kue??? waaahh... itu salah satu hobiku. Selain buat hidangan di rumah juga buat memenuhi pesenan. Sebenernya yang pesen juga masih sekitar keluarga kok. Iseng-iseng aja kata mamah.

Oh iya malam ini ngga bisa nikmatin suasana malam di alun-alun kota Bandung lagi. Sedih juga. Tapi ngga apa-apa lah seengganya udah ngerasain walaupun hanya satu malam saja. Satu malam itu indah banget buat aku. Seriusan deh... ^_^

Udah tradisi bikin kue keju, nastar, putri salju, semprit deelel. Hayyooo tebak mana yang paling aku suka? pastinya kue putri salju. Ngga tau dari kecil aku doyan banget sama kue yang satu ini. Sampe waktu zaman SD aku pernah ngumpet-ngumpet batal puasa demi nyicipin kue putri salju yang tersedia di meja makan. Hihihi, ngga ada yang ngeliat jadi aku cuek aja dan ngaku ke orang lain aku masih puasa kok.

Yupz... udah dulu ahh... mau terusin lagi nih bantu-bantuin mamah. Moga aja dapet THR (ngarep dikit ^_^).

Kupanggil Namamu

Sambil menyebrangi sepi
kupanggili namamu, wanitaku.
Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia.
Tak ada yang bisa kujangkau.
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerangi langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.

Kerna engkaurumah di lembah.
Dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal-hal yang besar saja.

Seribu jari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak.
Aku tak bisa kembali.

Sambil terus memanggili namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku. Penuh. Dan perawan.

Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku ditepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka=luka
dicakar masa silamku.

(dari Blues untuk Bonnie, 1971)

W.S. Rendra

Selasa, 15 September 2009

Indahnya Suasana Malam Di Sekitar Alun-Alun Kota Bandung

Beberapa hari sebelumnya aku dan mamah sudah berencana ingin 'itikaf di mesjid pada malam ganjil di bulan Ramadhan. Tujuan mesjid yang kami rencanakan ada dua pilihan, yaitu Mesjid Raya Alun-Alun Bandung atau Mesjid Daarut Tauhid. Akhirnya pilihan kami berdua jatuh ke Mesjid Raya Alun-Alun Bandung. Alasan utamanya adalah letaknya yang strategis dan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.

Niat melakukan 'itikaf itu baru terlaksana pada hari Senin, 14 September 2009, bertepatan malam ganjil ke-25 di bulan Ramadhan. Alhamdulillah juga bisa 'itikaf bersama mamah soalnya selama ini mamah terlalu sibuk. Berangkat dari rumah kurang lebih jam 16.00 WIB. Sebelum menuju Mesjid Raya Alun-Alun Bandung aku dan mamah mampir ke kantor teh Devi sambil menunggu beduk maghrib. Menjelang buka puasa, teh Devi pulang ke rumahnya, aku dan mamah menuju Rumah Makan Padang di sekitar Alun-Alun. Sekedar mengisi perut untuk berbuka puasa. Keadaan di sekitar sangat padat. Disesaki manusia-manusia yang hendak berbuka puasa dan hiruk pikuk kendaraan. Membuat susah untuk bernapas.

Jarak antara RM Padang dengan Mesjid Raya Alun-Alun Bandung terbilang cukup dekat. Memasuki mesjid aku dan mamah bergegas mengambil air wudhu dilanjutkan dengan shalat Maghrib. Istirahat sejenak sambil menunggu adzan Isya'. Tak lama adzan Isya' berkumandang. Shalat Isya' berjama'ah. Raka'at ke-2 imam membacakan QS. Al-Qodr, seolah mengingatkan para jema'ah bahwa malam ini kemungkinan malam lailatulqodar. Sangat menyentuh hati.

Rutinitas sebelum shalat sunnat Tarawih selalu diadakan kuliah tujuh menit. Tema kultumnya adalah "Rasa Nikmat". Benar-benar ceramah yang membuatku untuk mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan. Sebenarnya, bukan kuliah tujuh menit karena menghabiskan waktu 20 menit. Tak terasa. Dilanjutkan shalat sunnat Tarawih berjama'ah. Suasana shalat sunnat Tarawih di mesjid ini khusyuk berbeda dengan shalat sunnat Tarawih di mesjid sekitar tempat tinggal aku. Disini hanya satu atau dua orang yang berhenti sampai raka'at ke-8. Berbeda di mesjid sekitar temat tinggal pada raka'at ke-8 hampir setengahnya langsung pada pulang kerumah masing-masing. Alhasil shaf itu bolong-bolong.

Selesai shalat sunnat Tarawih berjama'ah mamah keluar mesjid sekedar membeli cemilan. Aku tetap berada di dalam mesjid sambil membaca buk Paris Lumiere de l'Amour yang baru di beli sekitar 3 hari yang lalu. Tak lama mamah datang membawa cemilan dan air mineral. Istirahat sejenak. Kemudian aku mulai membaca Al-Qur'an sedangkan mamah membaca Surat Yaasin. Lumayan banyak orang yang akan melakukan 'itikaf malam ini, berkisar kurang lebih 90 orang (hanya perempuan belum termasuk laki-laki).

Untuk tetap menjaga pikiran tidak mengantuk terlintas ide untuk melakukan observasi kecil-kecilan di mesjid ini (untuk ruang lingkup perempuan saja). Aku mencatat dalam jangka waktu 30 menit orang yang membaca Al-Qur'an dan yang mengerjakan shalat. Sekedar membuat otak ini berpikir bukan hanya diam.

Sekitar jam 12 malam, mamah mengingatkan aku untuk shalat sunnat Tahajjud. Bersyukur sekali punya mamah yang selalu mengingatkan aku. Aku berniat melanjutkan membaca Al-Qur'an. Akhirnya khatam Al-Qur'an. Alhamdulillah Ya Allah SWT telah mengabulkan satu permintaanku di bulan Ramadhan ini. Sementara mamah tidur sejenak. Aku terus melakukan observasi kecil-kecilan.

Tak terasa sudah dini hari. Sekitar jam 3 dini hari aku dan mamah menuju RM Ampera. Jarak antara mesjid - RM Ampera hanya kurang lebih 2 menit dengan berjalan kaki. Berbeda di siang hari harus melewati hiruk pikuk kendaraan, kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki. Suasana yang hening, dingin, sejuk, jalanan bersih dari kendaraan, tidak ada pedagang kaki lima. Pemadangan yang hanya dirasakan saat dini hari. Namun, prihatin saat keluar dari mesjid di selasar mesjid tergeletak manusia-manusia yang tertidur pulas. Mereka kaum terpinggirkan. Pedagang kaki lima tertidur dibangku didalam tenda tempat mereka berjualan. Pengayuh becak tertidur pulas dalam ruang becaknya sendiri. Itulah sekilas pemandangan perjalanan menuju RM Ampera.

Di Ampera hanya 10 orang saja yang menyantap hidangan sahur. Kurang lebih 30 menit berada di Ampera lalu kembali ke mesjid. Sekilas pemandangan tadi tak ada yang berubah hanya saat itu ada penjual sayur melintas dengan kayuhan sepedanya.

Di dalam mesjid orang-orang sedang menyantap hidangan sahur, sebagian menyantap makanan yang telah dpersiapkan dari rumah sebagian lagi menyantap makanan (nasi bungkus) dari sekretariat mesjid. Aku dan mamah istirahat sejenak. Sambil menunggu adzan Shubuh aku melanjutkan membaca Al-Qur'an dari awal lagi. Tak lama adzan Shubuh berkumandang. Dilaksanakan shalat Shubuh berjama'ah.

Setelah shalat Shubuh berjama'ah kami berdua bersiap-siap pulang. Jam 05 pagi kami keluar mesjid. Di selasar mesjid terlihat sudah bersih dari orang-orang yang tertidur pulas, hanya satu atau dua orang yang masih berjongkok sambil menundukkan kepala. Kemana mereka semua? Apakah mereka ikut shalat Shubuh berjama'ah? Tak ada yang menjawab.

Di depan mesjid tiba-tiba datang rombongan anak perempuan (anak SD) sambil membawa buku kegiatan Ramadhan. Kemudian rombongan anak laki-laki sambil menyalakan petasan. Di seberang jalan ada sekelompok kaum terpinggirkan sedang duduk-duduk di depan pertokoan dengan keadaan masih mengantuk. Tak lama lewat seorang peranakan Tionghoa melintasi depan mesjid menuntun seekor anjing. Hanya beberapa angkot saja yang baru melintasi jalanan kota Bandung ini. Sungguh pemandangan yang jarang aku lihat.

Selama perjalanan menuju rumah aku berpikir betapa indahnya kota Bandung menjelang pagi hari. Tak ada kemacetan. Udara dingin, sejuk dan segar. Waktu tempuh perjalanan pun menjadi cepat. Tak mencapai 1 jam. Sungguh perjalanan yang lancar dan mengasyikkan. Seandainya ini terjadi di siang hari. Aku beruntung bisa menikmati indahnya suasana malam di sekitar Alun-Alun kota Bandung.


Bandung, 14 September 2009

Beda Suasana Di Malam Ramadhan

Satu kata yang dapat aku temukan dari perbedaan malam kemarin dengan malam ini adalah suasana. Sedikit cerita aja kemarin 'itikaf berdua bareng mamah di Mesjid Raya Alun-Alun Bandung. Cuma satu niat dan tujuan kita berdua yaitu mengharap malam itu adalah malam Lailaatul Qodar. Tapi siapa pun di dunia ini ngga akan ada yang mampu memastikan kapan malam itu tiba. Itu menjadi rahasia Allah SWT.

Lailaatul Qodar begitu misterius. Mungkin itulah bagian hal yang menarik bagi umat muslim. Berharap dan terus berharap akan malam itu. Berusaha untuk tidak meninggalkan tiap satu malam pun di bulan Ramadhan. Sungguh Allah SWT punya sesuatu di balik rahasia-Nya itu. Mungkin juga itu sebagai trik dan upaya agar umat Muslim tidak pernah meninggalkan satu malam pun untuk beribadah pada-Nya.

Selasa, 08 September 2009

Nafas Yang Satu

Tuhan, dia adalah bunga hidup.
Sejak awal.
Walau bukan yang pertama.
Namun aku menyimpan aromanya.
Juga lembut aura dari cahaya-Mu

Rasa kesekian yang Engkau berikan.
Setelah lembaran catatan langit.
Dan... kini tuan kupu-kupu menemani hari-hari.
Bukan dari bibir, tapi dari cangkir.
Yang menjawab kehampaan dunia.

Tuhan, izinkan aku menikahi nafas yang satu ini.


Yogi Prianto

Minggu, 06 September 2009

Tasbih

pada sebagan waktu yang suci
pintu langit membuka tangga menujunya
menjemput setiap sayap-sayap putih
yang mencari permata cinta-Nya

riuh kudengar,
riang bocah menuju surau
hembus angin melantun tadarus
dan gema alam bersambut tasbih
mengagungkan-Nya

lalu ku terdiam pada suatu
waktu yang terhenti dalam hijau

aku tenggelam
pada dedaun Laa ilaaha illallah


2009
Destarini

Di Akhir Malam

Di akhir malam, air mata berbicara
Pada ketakutan akan mimpi tak berwujud

Di akhir malam, raga mengaku tak berdaya
Pada iblis tertawa

Di akhir malam, benih kasih-Nya
dirasa sebatas duri
Pada Dia setia menemani


Yogi Prianto. Bandung, Awal Ramadhan 1430

Jumat, 04 September 2009

Ballada Penyaliban

Yesus berjalan ke Golgota
disandangnya salib kayu
bagai domba kapas putih.

Tiada mawar-mawar di jalanan
tiada daun-daun palma
domba putih menyeret azab dan dera
merunduk oleh tugas teramat dicinta
dan ditanam atas maunya.

Mentari meleleh
segala menetes dari luka
dan leluhur kita Ibrahim
berlutut, dua tangan pada Bapa:
-Bapa kami di sorga
telah terbantai domba paling putih
atas altar paling agung.
Bapa kami di sorga
Berilah kami bianglala!

Ia melangkah ke Golgota
jantung berwarna paling agung
mengunyah dosa demi dosa
dikunyahnya dan betapa getirnya.

Tiada jubah terbentang di jalanan
bunda menangis dengan rambut pada debu
dan menangis pula segala perempuan kota.

-Perempuan!
mengapa kau tangisi diriku
dan tiada kautangisi dirimu?

Air mawar merah dari tubuhnya
menyiram jalanan kering
jalanan liang-liang jiwa yang papa
dan pembantaian berlangsung
atas taruhan dosa.

Akan diminumnya dari tuwung kencana
anggur darah lambungnya sendiri
dan pada tarikan napas terakhir bertuba:
-Bapa, selesailah semua!

(dari Ballada Orang-orang Tercinta, 1957)
W.S. Rendra

Hamba Sahaya

Ramadhan nan indah

Kebersamaan mengisi hari-hari mu kini
Berbagi rizqi terhadap kaum dhu'afa

Dihadapan-Mu Ya Allah swt
Kami bersimpuh pada-Mu
Kami bersujud pada-MU
Tak ada status sosial disini
Semua sama di hadapan-Mu

Ramadhan nan indah

Hamba sahaya di perantauan.
Hamba sahaya yang merindukan keluarga
di kampung halaman nan jauh.
Hamba sahaya selalu merindukan
kedatanganmu wahai Ramadhan.
Di bulan suci inilah
mereka merasakan kebahagiaan
kebersamaan
kebebasan
kesetaraan.
Meski secara fisik masih terlihat
kesenjangan sosial.
Tak menghilangkan niat tulus untuk beribadah pada-Mu.

Ramadhan nan indah
Akankah ini cepat berlalu?



Bandung, 3 September 2009
Arlin Widya Safitri

Arti Kebersamaan

Hening...

Sore hari di bulan Ramadhan
Tiba-tiba gempa mengguncang
Takbir dikumandangkan

Panik, takut, cemas semua menyatu.
Berada didekat orang yang disayangi menjadi obat penenang hati.

Seorang ibu memeluk erat anaknya yang menangis ketakutan. Kakak dan adik saling berpegangan tangan, tanpa Ayah dan Ibu. Suami dan isteri berdampingan. Semua ingin berada di dekat orang yang disayangi.

Arti kebersamaan...
Itulah hikmah dibalik musibah


Bandung, 3 September 2009
(suasana di sekitar tempat tinggal, pada kejadian gempa tgl 2 September 2009)
Arlin Widya Safitri

Rabu, 02 September 2009

gempa bikin deg-degan

Ya ampuuun... tadi gempa gedeee bangettt. Lumayan lama lagi. Tadi yang pertama sadar ngerasain gempa di rumah itu aku. Aneh juga gempa segini dahsyatnya ngga terasa sama mamah. Tapi akhirnya mamah ngeh juga. Akhirnya kita semua buru2 keluar rumah. Di luar rumah tetangga udah pada di luar rumah. Aku liat masing2 mereka berada di dekat orang yang mereka sayangi. Seorang ibu mendekap anaknya erat-erat karena anaknya menangis ketakutan. Sebelah rumah aku orang tuanya lagi pada kerja jadi di rumah cuma ade kakak. Kakaknya memeluk erat adenya. Mamah sibuk berada didekat bapak dan aku. Suami istri saling bersampingan. Suasana yang sangat mengharukan.

Seandainya waktu ini berhenti sejenak. Indahnya moment-moment seperti ini. Tapi ngga mau juga sih terus-terusan diguncang gempa. Aku mau suasana hangat seperti ini yang jangan berlalu begitu aja.

Mungkin sedikit mengambil hikmah dari kejadian gempa tadi. Tiada lain adalah "kebersamaan". Kebersamaan yang amat sangat indah. Apalagi bersama orang kita sayangi. Hmm... so sweet sekali. Sayangnya, aku kurang beruntung juga pas kejadian ini, orang aku sayangi entah ada dimana. Hanya keluarga tercinta yang menemaniku di saat-saat seperti ini. Entahlah, dia mikirin aku atau ngga? Hmm... udah deh jangan mengulang masa lalu. Capek. Anehnya dia tuh selalu ada di pikiran. Susah ngelupainnya meski sakit harus ngelupain dia. Ya Allah swt mudah-mudahan dia ngga kenapa-kenapa. Lindungilah dia dan keluarganya dimana pun dia berada. Amiin Yaa Robal 'Alamin.

Tadi udah sms ke teh iyang. Syukurlah ngga lupa lagi kayak waktu kejadian bom di Jakarta kemarin itu. Lindungilah kakak ku Ya Allah swt. Amiin yaa Robal 'Alamin.

Senin, 31 Agustus 2009

Meningkatkan Kepedulian Terhadap Kebudayaan Lokal

Kebudayaan menurut Mac Iver (seorang sosiolog) adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusatraan, agama, rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk kebudayaan, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia.

Negara Republik Indonesia terdiri dari beragam suku, agama dan ras. Tentu saja di dalamnya terdapat keanekaragaman budaya. Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa ini merupakan suatu kekayaan budaya. Keanekaragaman budaya yang dimiliki terkadang menjadi sebuah bumerang bagi bangsa ini. Tak heran apabila sebagian besar keankekaragaman budaya tersebut terabaikan.

Keanekaragaman budaya di Indonesia itu sangat potensial. Sayangnya, hal tersebut tidak diupayakan dengan rasa kepedulian untuk melestarikannya. Ironisnya, ketika akhir-akhir ini ada pemberitaan bahwa ada beberapa kesenian bangsa ini yang di klaim oleh negara tetangga lantas bangsa ini naik pitam. Misalnya, pada akhir tahun lagu "Rasa Sayange" di klaim oleh Malaysia. barulah bangsa ini sadar akan keberadaan salah satu kekayaan budayanya telah dirampas. Kemudian disusul oleh adanya Tari Pendet di iklan promosi pariwisata Malaysia. Hal tersebut kembali menimbulkan amarah bangsa ini.

Bukankah seharusnya bangsa ini boleh berbangga karena jika seni dan budaya bangsa ini telah diapresiasi bahkan dibanggakan orang lain, itu menunjukkan bahwa seni dan budaya bangsa ini telah dianggap hebat dan memiliki pengaruh yang luas.

Bangsa ini dapat belajar dari adanya mitos spageti dan ravioli yang dikenal sebagai makanan Italia merupakan salah satu hasil pengaruh dari perjalanan saudagar Venezia, Marco Polo ke China dan ketertarikannya pada mi dan pangsit. Kini hal tersebut dibanggakan oleh orang China. Contoh lainnya, ketika China sedang berjaya budayanya memengaruhi Asia Tenggara. Ketika Eropa sedang berjaya budayanya memengaruhi jajahan-jajahannya. Jadi, kalau kesenian bangsa ini bergaung di negara tetangga tidak perlu repot dengan amarah. Mungkin boleh jadi di negara tetangga tersebut miskin secara budaya.

Ironisnya, dapat terlihat dalam banyak video-video di youtube.com, lagu "Rasa sayange" rupanya memang menjadi bagian dari keseharian orang Malaysia. Lantas bagaimana dengan keseharian bangsa ini? Bahkan ketikabeberapa orang Indonesia diminta menyanyikan lagu "Rasa Sayange" tidak seorang pun fasih menyanyikan lagu itu dengan baik dan benar. Mungkin hal tersebut karena adanya kekurangpedulian bangsa ini terhadap budayanya sendiri.

Sebelum mengeam negara tetangga yang telah mengklaim beberapa kesenian bangsa ini hendaknya terlebih dahulu bertanya pada diri sendiri; Berapa lagu daerah yang kita kenal dan ketahui daerah asalnya?, Berapa jenis tarian daerah yang kita kenal dan ketahui daerah asalnya?, Berapa jumlah corak batik yang ada di Indonesia?, Kapan terakhir kali menonton pertunjukkan seni dan budaya?, Masih banyak lagi pertanyaan yang menuntu kita untuk mempelajari keanekaragaman budaya sendiri.

Seolah-olah lupa bahwa budaya itu senantiasa berkembang. Di dalam proses perkembangannya akan terjadi perpindahan ke daerah-daerah yang kurang mampu mengembangkannya sendiri. Mungkin disinilah letak kelemahan bangsa ini.

Mungkin dengan terus menggali pengetahuan yang luas akan budaya sendiri dapat terwujud rasa kepedulian yang tinggi. Sehingga untuk kedepannya tidak akan lagi negara mana pun yang berani mengklaim budaya bangsa ini. Kalau bukan diri sendiri yang peduli akan budayanya sendiri lalu siapa lagi?

Diharapkan jangan terbawa emosi yang berlebihan. Momentum upaya adanya Malaysia mengklaim lagu "Rasa Sayange" dan "Tari Pendet" hampir bersamaan dengan adanya permasalahan klaim blok Ambalat oleh Malaysia. Tidak luput juga yaitu adanya "Kasus Manohara" ditambah dengan kasus kekerasan yang dilakukan sebagian warga Malaysia terhadap Tenaga Kerja Indonesia. Mungkin sepatutnya kita boleh menuntut keadilan akan hal ini semua. Tapi, tetap saja harus dapat membedakan setiap permasalahan yang terjadi agar dapat menghadapi setiap permasalahan dengan cerdas.

Dengan adanya berbagai peristiwa tersebut mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi bangsa ini. Setidaknya bangsa ini akan menjadi lebih peka terhadap keberadaan budayanya sendiri.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Sodaqoh "Kejutan"

Kangen mesjid juga ternyata. Baru beberapa hari ngga ke mesjid udah kangen berat. Hari ini aku mulai shalat sunat Tarawih lagi. Ada yang beda hari ini di mesjid.

Seperti biasa aku shalat Isya' berjama'ah di mesjid. Kali ini aku berada di shaf terakhir. Berisik. Kali ini penceramah kuliah tujuh menitnya sedikit nyentrik. Cacat fisik ngga membuat penceramah itu hilang nyali. Penceramah itu tidak dapat melihat. Buktinya isi ceramah patut di acungkan jempol. Dua jempol deh.

Pas kuliah tujuh menit 'kencleng' sodaqoh sudah selesai disebarkan. Tapi pas selesai kuliah tujuh menit dengan serentak dia menganjurkan sodaqoh lagi. Yupz... seneng ngeliatnya. Ternyata masih ada orang yang peduli dengan sekitarnya. Pertama-tama penceramah itu ngasih 50 ribu ke orang yang ditunjuk untuk menerima sodaqoh. Sungguh kejutan di tengah kejenuhan. Aku terpukau melihat kejadian tadi. Jarang ada orang yang berani mengkritik orang di depan orang banyak sambil dia mempraktikkannya langsung.

Jadi teringat Soe Hok Gie. Di zaman tahun 60 an Soe Hok Gie dikenal sebagai tukang kritik pemerintahan Soekarno. Gie orang yang pemberani. Aku sangat kagum pada Gie. Aku selalu bertanya-tanya apakah zaman sekarang masih ada orang seperti Gie?

Ternyata pertanyaan itu sedikitnya terjawab sudah. Aku beruntung dapat menyaksikannya langsung. Seakan Allah swt telah mengutus malaikat-Nya untuk menjawab pertanyaanku itu melalui kejadian tadi. Bersyukurlah masih ada orang yang pemberani saat ini. Teruslah katakan 'kebenaran' meski 'kebenaran' itu pahit untuk di dengar.

Jumat, 28 Agustus 2009

Panggung Hiburan HUT RI Ke-64

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus di tiap pelosok daerah selalu di penuhi acara hiburan. Panggung hiburan HUT RI merupakan puncak acara di hari itu. Tepatnya, di daerah tempat tinggalku di komplek perumahan di daerah Bandung juga menggelar panggung hiburan HUT RI.

Acara pada malam hari ini dimulai kurang lebih jam 19.30 WIB. Sambutan Ketua RW 015, Bapak Deden. Sambutan Ibu Kepala Desa Bojongsoang. Sambutan dari Bapak Dadang Koswara (pembacaan do'a). Sambutan Ketua Pelaksana. Sambutan Ketua Tarang Karuna. Acara di buka dengan hentakan paduan musik dari Black Hole Percussion dimulai dari jam 20.00 WIB. Semua terpukau melihatnya. Perpaduan suara alunan musik yang penuh semangat, menghentak. Penuh kreativitas.

Tarian-tarian anak kecil warga RW 015 dan pengumuman semua perlombaan. Jam 20.45 WIB sampai 20.59 paduan suara dari Panti Asuhan Al-Fitroh. Sungguh menyentuh hati nurani. Mereka membawakan dua buah lagu yang mengharukan berjudul "Ibu" dan "Bunda". Mereka terdiri dari 15 orang paduan suara, 1 orang gitaris dan 1 orang penabuh gendang besar.

Jam 21.00 WIB kursi penonton di depan di bubarkan. Ternyata ada bike freestyle sampai 21.35 WIB. Di iringi band yang menjadi soundtrack atraksi bike freestyle. Memukau pas detik-detik pertama pertunjukkan selanjutnya membosankan. Hanya melihat atraksi itu-itu saja. Jenuh. Kebarat-baratan.

Tari-tarian anak-anak lagi. Pengumuman perlombaan perwakilan tiap RT.

Dari awal acara di katakan bakal ada bintang tamu. Inisialnya 'S'. Bisa aja Seventeen, ST 12, dan sebagainya. Ternyata bintang tamunya Calung Sawargi. Gedubrak. Tapi udah kebal dengan tipu daya seperti ini. Tiap tahun selalu ada isu-isu ngga jelas seperti ini. Tahun 2005 ada isu kalau presenternya itu Ringgo atau Shogie (Ardan atau Oz Radio, lupa!). Ternyata itu cuma kebohongan publik semata.

Pulang kerumah ternyata pintu dikunci. Di rumah kosong. Inisiatif balik ke tempat acara panggung hiburan. Ternyata mamah lagi duduk dengan ibu-ibu yang lainnya. Ambil kunci rumah dan pulang ke rumah.
Didengerin dari rumah, acara hiburan makin malem makin ngga jelas (ngga karuan). Calung bisa dibilang upaya untuk melestarikan budaya lokal. Sedangkan dangdut? Bukan mendiskriminasikan dangdut. Tapi gerah banget ngeliat penyanyi-penyanyi dangdut yang seronok di atas panggung.

Dari seluruh pengisi acara di panggung hiburan HUT RI Ke-64 ini yang paling berkesan itu adalah paduan suara Yayasan Yatim Piatu Al-Fitroh. Menyentuh hati nurani. Paling tidak menyadarkan semua bahwa jangan terbuai oleh euforia sesaat. Masih ada mereka. Mereka yang terpinggirkan dan kurang beruntung dalam hidup ini. Yang lainnya biasa-biasa aja.

Setidaknya suasana panggung hiburan HUT RI Ke-64 malam itu mencairkan suasana di tengah kehidupan warga kota yang dikenal dengan sikap individualistis. Akankah ini hanya terjadi sesaat? Ataukah untuk hari-hari selanjutnya?

Bandung, 17 Agustus 2009

Kamis, 27 Agustus 2009

Sandiwara Ramadhan

Sejenak aku merenungkan kehadiranmu Ramadhan. Ada selentingan opini sinis tentang kehadiranmu Ramadhan. Ada yang mengatakan bahwa aktivitas umat muslim di bulan Ramadhan ini adalah hanyalah sebuah "Sandiwara Ramadhan". Mendengar opini sinis seperti itu janganlah lantas langsung naik pitam. Ada baiknya mengevaluasi diri kita masing-masing. Misalnya, mengerjakan Shalat Sunat Tarawih, berpuasa, berzakat, bersodaqoh, membaca Al-Qur'an hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Bulan selain Ramadhan apakah umat muslim mau melakukan itu semua?

Tidak heran memunculkan opini sinis seperti itu. Seolah-olah bulan Ramadhan itu dijadikan sebagai ajang pertunjukkan sandiwara. Pertunjukkan yang dipentaskan setiap satu tahun sekali. Para lakonnya tidak lain adalah umat muslim. Ironis sekali bukan?

Opini sinis itu harus dapat membuat umat muslim untuk berpikir. Jangan hanya membalas dengan amarah. Itu hanya memperlihatkan kelemahan sendiri. Evaluasi ibadah diri masingmasing dari hari ke hari berikutnya. Bukan hanya ibadah di bulan Ramadhan saja.

Ada yang mengatakan bulan ke-9 (Ramadhan) itu cuacanya panas. Sesuai dengan katakata Ramadhan yang berarti panas yang membara. Di ibaratkan hati manusia itu adalah batu atau besi. Dengan kehadiran bulan Ramadhan hati yang keras ibarat batu dan besi itu dapat meleleh dibakar oleh Ramadhan (panas yang membara).
Dengan demikian Ramadhan dapat melelehkan hati manusia agar tidak mengeras untuk hari hari selanjutnya.

Minggu, 23 Agustus 2009

Marhaban Yaa Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan!

Menyambut kedatanganmu wahai Ramadhan
Umat muslim memulai dengan silaturrahmi
Satu sama lain saling mengucapkan maaf
Tiada lain untuk membersihkan hati

Sungguh penyejuk di tengah padang pasir
Ketika persaingan, permusuhan, peperangan merajalela
Kehadiranmu kini membawa perdamaian

Marhaban Yaa Ramadhan!

Malam hari berduyun-duyun menuju mesjid
Berjama'ah shalat sunat Tarawih
Membaca ayat-ayat Al-Qur'an
Demi mendapat ridho-Mu Ya Allah

Marhaban Yaa Ramadhan!

Di tengah lelapnya mimpi
Dag Dig Dug suara bedug
Sahur! Sahur! Sahur!
Umat muslim saling mengingatkan satu sama lain

Menyambut pagi hari hingga menjelang malam
Menahan nafsu
Menahan lapar dan dahaga
Memohon ridho-Mu Ya Allah

Marhaban Yaa Ramadhan!

Matahari mulai terbenam
Tiba waktunya berbuka puasa
Berbagi rizqi antar sesama
Terucap Alhamdulillah

Marhaban Yaa Ramadhan!

Bulan penuh hikmah
Bulan penuh ampunan
Bulan penuh hidayah
Bulan penuh barokah

Marhaban Yaa Ramadhan!
Indahnya hari demi hari di bulan suci Ramadhan



Bandung, 23 Agustus 2009 (2 Ramadhan 1430 H)

Arlin Widya Safitri

Sabtu, 22 Agustus 2009

1 Ramadhan 1430 H

Hari pertama puasa ternyata ngga begitu kaget buat tubuh. Soalnya beberapa minggu sebelumnya tubuh dilatih untuk berpuasa. Maklumlah kodrat jadi perempuan ngga bisa tamat puasanya sebulan penuh kan? Yupz... jadinya harus di qadha shaum Ramadhan tahun kemaren. Perasaan sih udah ngga punya hutang puasa tapi puasa lagi aja takut lupa dan sekaligus melatih tubuh supaya ngga kaget menghadapi bulan Ramadhan kali ini. Yippiiii.... akhirnya sukses deh sekarang.

Oh iya lupa kemaren ada kejadian unik deh pas shalat sunat Tarawih. Ceritanya pas raka'at pertama lagi mencoba untuk khusyuk shalatnya dengan memejamkan mata eh... tiba-tiba aja ada yang menyeruduk dari depan. Ya ampuuun... kaget banget. Pas melek ternyata ada seorang ibu dengan semangat '45 lewat gitu aja. Bolak-balik pula sampe tiga kali balikan. Saking semangat kali yah? Sampe ketinggalan shalat berjama'ahnya. Halah... ada-ada aja.

Rutinitas shalat sunat Tarawih di mulai dengan shalat Isya' berjama'ah. Kuliah tujuh menit baru deh dimulai shalat sunat Tarawihnya. Ditengah-tengah raka'at ke-8 udah pada bolong-bolong shaf-nya. Selesai shalat sunat Tarawihnya baru mengucapkan niat puasa Ramadhan secara berjama'ah. Setelah itu ada ritual saling bersalam-salaman antara jama'ah. Nah... ritual terakhir ini muda-mudi udah pada ngga ada. Hmm... bisa di bilang ini ritual orang tua kali yah? Kok bisa? Ngga tau juga....

Puasa bukan berarti aktivitas kita berkurang kan? Puasa identik dengan lemah, letih dan lesu? Ngga banget tuh.
Banyak banget yang kita bisa lakukan. Misalnya kenapa kita ngga berusaha menjadi peneliti aja. Memanfaatkan waktu bulan Ramadhan ini buat meneliti realitas sekitar. Coba pikir deh peristiwa hari ini itu merupakan sejarah di masa depan. Kenapa kita biarin aja sejarah buat masa depan berlalu begitu aja? Ayo dong.... berkarya!!!

Banyak hal yang bisa kita teliti. Hal sepele aja kita hitung jumlah shaf jama'ah di mesjid dari mulai hari pertama sampe hari terakhir. Ada berapa orang yang baca Al-Qur'an di mesjid. Kegiatan apa aja yang diadakan mesjid sekitar rumah. Ada yang bilang mesjid itu bisa dikatakan makmur dilihat dari jumlah jama'ahnya pada shalat shubuh. Nah... kita bisa cek juga kan? Hal yang ngga ada kerjaan? Ngga juga loh... itu bisa meningkatkan kesadaran kehidupan umat Muslim di Indonesia. Bukannya itu bagian dari budaya Indonesia kan? Jadi kita punya pengetahuan seberapa kualitas kehidupan umat Muslim di Indonesia saat ini. Kali ini banyak banget yang mempengaruhi pemikiran umat Muslim. Entah itu berkiblat ke negara-negara Islam di luar sana. Yang jadi pertanyaan apa cocok dengan kultur bangsa Indonesia?

Nah... penelitian kecil yang kita lakukan sekarang ini setidaknya bisa sedikit menjawab pertanyaan besar itu. Yupz... mudah-mudahan aja meskipun sulit untuk menemukan jawabannya.

Oh iya terharu banget tadi pas buka puasa di mesjid di penuhi anak-anak Panti Asuhan Al-Fitroh. Itu loh yang kemaren mengisi acara di panggung hiburan 17 Agustus kemaren. Ups... sorry belum di posting di blog. Yupz... senangnya, komplek perumahan dikenal dengan warganya yang individualistis. Tapi ternyata ngga di bulan Ramadhan ini loh. Uhh... senangnya.

Jumat, 21 Agustus 2009

Shalat Sunat Tarawih Pertama, Semangat!!!

Marhaban Yaa Ramadhan. Senangnya bulan Ramadhan telah tiba. Saatnya kita fokus untuk beribadah pada-Nya. Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya bulan Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah.

Seperti biasa hari pertama di bulan Ramadhan mesjid penuh dengan para jama'ahnya. Hari pertama penuh semangat '45. Mudah-mudahan sampe hari-hari berikutnya yah . Ada dua pendapat tentang shalat sunat Tarawih. Pendapat pertama shalat sunat Tarawih itu berjumlah 11 raka'at sedangkan ada juga pendapat lain shalat sunat Tarawih itu berjumlah 23 raka'at. Itu dikembalikan ke keyakinan kita masing-masing. Kalau aku selama kita masih diberi kesehatan, masih kuat untuk beraktivitas lebih kenapa engga ngambil jumlah yang 23 raka'at? Aku yakin shalat itu memberi manfaat yang baik buat kesehatan. Pernah baca buku tentang pengaruh shalat terhadap kesehatan? Wah itu bisa menyadarkan kita bahwa shalat itu bikin kita sehat loh. Patokan lain juga yang bikin aku ngambil shalat sunat Tarawih dengan jumlah 23 raka'at itu dengan adanya shalat sunat Nisfu Sya'ban yang jumlahnya 100 raka'at (meski cuma satu tahun sekali). Nah... 100 raka'at aja kuat kan? kenapa 23 raka'at malah mengeluh? Ayo semangat!!!

Saatnya kita tunjukkan semangat beribadah di bulan suci Ramadhan ini. Mudah-mudahan semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini di terima oleh Allah SWT. Amiin.

Oh iya tadi status temen di facebook gini : Do'a malaikat Jibril menjelang Ramadhan "Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad saw, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut :
  • Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
  • Tidak bermaaf-maafan terlebih dahulu antara suami istri
  • Tidak bermaaf-maafan dengan orang sekitarnya
Maka Rasulullah saw pun mengatakan Amiin.

Nah... engga mau kan ibadah puasa kita diabaikan oleh Allah SWT? So... lakukan hal-hal yang tadi yah....
Untuk itu aku mau minta maaf juga buat temen-temen semua. Maafin kalau ada kata-kata yang salah di blog ini. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1430 H.

Rabu, 19 Agustus 2009

Menjelang HUT RI Ke- 64

Bangunlah bangsa Indonesia!

Detik-detik telah berlalu.
Peristiwa demi peristiwa datang menghampiri.
Satu per satu semua melebur menjadi sebuah abu.

Perhatikan keadaan sekitar!
Aku, kamu dan kalian turut menyaksikan itu semua.
Sebuah realitas kehidupan yang tak pernah tahu awal dan akhirnya.

Potret kemiskinan warga daerah masih menghantui di pelosok negeri ini.
Rasa lapar mendesak kenekatan menghalalkan berbagai cara.
Rasa lapar membuat saling sikut menyikut antar sesama.

Para elite politik sibuk memikirkan posisi kekuasaannya masing-masing.
Pesta demokrasi terus berkumandang di negeri ini.
Seolah tak akan pernah berakhir.
Saling mencurigai satu sama lain.
Muncul sebuah sengketa di dalamnya.

Dentuman bom menghentak.
Aku, kamu dan kalian pun tersentak.
Mayat-mayat menjadi sebuah pemandangan biasa.
Banyak spekulasi tentang peristiwa ini.
Entah siapa di balik peristiwa ini.

Peristiwa-peristiwa lain pun seakan tak ingin terlupakan.
Satu per satu pesawat terbang berjatuhan.
Puluhan korban seolah mengantri menghadapi kematian.
Kecelakaan Kereta Api turut serta menjadi sebuah rentetan peristiwa.

Anak bangsa satu per satu menghilang dari negeri ini.
Hilang untuk selamanya.
Hendak kemana mereka akan pergi?

Bangkitlah bangsa Indonesia!

Menjelang Hari Ulang Tahun Repulik Indonesia berbagai peristiwa menghampiri.
Aku, kamu dan kalian turut menyaksikan itu semua.
Ada apa dengan semua ini?
Tak ada yang menjawab.

Bangkitlah bangsa Indonesia!
Bangkitlah dari berbagai peristiwa dan musibah yang menghampiri!


Bandung, 17 Agustus 2009

Arlin Widya Safitri

Bangunlah Dari Mimpi!

Terbuai dalam mimpi
Terhanyut dalam mimpi
Membuatku kehilangan logika

Terlalu lama
Sungguh terlalu lama

Sudahlah...
Saatnya aku beranjak pergi
Tinggalkan mimpi

Keinginan tak selamanya sejalan dengan kenyataan
Aku tahu aku tak mampu
Selamat tinggal mimpi semu
Aku terlalu rapuh untuk tetap tinggal


Bandung, 19 Agustus 2009
(Tepat dua bulan, pertama dia memanggil namaku... hiks...hiks...)

Arlin Widya Safitri

Terlalu Berharap

09 Agustus 2009 jam 9:30 | Sunting Catatan | Hapus
Ada apa ini?
Aku tak mampu memahami
Ada apa dengan hati?
Aku tak mampu memahami

Terlalu lama mengelak
Terlalu lama membantah

Diam-diam merasuki hati
Diam-diam merasuki pikiran
Tanpa kusadari

Sampai di titik akhir ini
Aku pun menyerah
Aku ingin memahami
Sungguh aku ingin memahami

Sesuatu menyadarkan aku
Sesuatu menyadarkan aku
Dari buaian mimpi semu

Aku takut untuk memulai
Aku takut semua berakhir
Aku takut berakhir sebelum dimulai

Ah... sesaknya hati ini
Aku terlalu berharap
Haruskah ku berhenti
Ataukah terus melangkah


Bandung, 9 Agustus 2009

Arlin Widya Safitri

Jumat, 14 Agustus 2009

Hikmah di hari ini

Rencananya hari ini aku mau ke tasik untuk kasih kado ulang tahun buat enin (baca: nenek). Tapi tiba-tiba saja aku mengurungkan niat itu. Biar kutitipkan pada mamah. Aku berpikir terlalu egois aku berbahagia dalam keadaan menjelang HUT RI yang di lalui dengan berbagai permasalahan dan musibah. Aku tak ingin menjadi bagian bangsa Indonesia ini yang terbiasa 'melupa' dengan berbagai permasalahan dan musibah yang terjadi di negeri ini. Aku masih dapat mengingat itu semua.

Akhirnya aku menemukan hikmah di balik keputusanku hari ini. Tepatnya setelah mamah pergi ke Tasik, aku tak sengaja mendengarkan ceramah pengajian rutin ibu-ibu di komplek rumah tinggalku. Pengajian itu diadakan tiap sore hari Jum'at. Aku hanya mendengarkan dari rumah. Kebetulan rumah dekat Mesjid. Aku mulai menyimak isi ceramah itu.

Aku menangkap intinya, tentang penjelasan kata-kata Nabi. Nabi mengatakan tidurnya ulama lebih baik daripada ibadahnya orang-orang bodoh. Sedikit demi sedikit aku mencoba mencerna penjelasan dari orang itu. Maka untuk meningkatkan ilmu agar setara dengan para ulama ada petunjuknya, yaitu:

1. Melakukan shalat malam walaupun hanya 2 raka'at (untuk membangunkan hati yang tertidur).
2. Senantiasa menjaga wudhu (meski sangat berat menjaga batalnya wudhu)
3. Senantiasa taqwa kepada Allah SWT, baik itu sedang sendiri ataupun keadaan banyak orang.
4. Makan hanya untuk ibadah dan taqwa pada Allah SWT. Makan itu bukan karena lapar.

Ada yang berhubungan dengan komitmen aku untuk bulan Ramadhan tahun ini. Aku ingin khatam Al-Qur'an. Isi ceramah ada hubungannya dengan khatam Al-Qur'an. Apabila hendak tidur biasakan khatam Al-Qur'an yaitu dengan membaca Surat Al-Ikhlas 3x. Membaca Surat Al-Ikhlas 3x sama dengan khatam Al-Qur'an. Sebelum tidur biasakan membaca istighfar dan sholawat pada para Nabi. Tak lupa juga ditambah dengan shalat sunat mutlak 2 raka'at. Shalat sunat mutlak tidak berhubungan dengan apa pun, misalnya shalat sunat ba'da atau qobla.

Sekedar 'share' saja. Jujur selama liburan kali ini aku mencoba untuk menikmati sisi spiritual kehidupan. Aku ingin menjauh dari hingar bingar kehidupan. Pada dasarnya aku sangat menyukai filsafat. Apa pun itu yang berkenaan dengan filsafat. Mulai dari filsafat Islam, filsafat kaum sekuler dan sebagainya.

Pada dasarnya filsafat kaum sekuler pun tak jauh dari sisi spiritual kehidupan. Meskipun mereka sangat keras menolak adanya Tuhan. Pada hakikatnya jiwa dan pikiran mereka tiada henti-hentinya mencari keberadaan Tuhan. Terbukti pada proses berpikir mereka tentang keberadaan Tuhan. Itu bisa dimanfaatkan agar bisa mengenal Tuhan. Tuhan sangat menghargai bagi kaumnya yang berpikir.

Itulah hikmah yang ku temukan untuk hari ini.

Hujan Meteor

Hujan meteor? Yupz, hari Rabu tanggal 12 Agustus 2009 kemarin diperkirakan bakal ada hujan meteor dari jam 9 malam sampai menjelang shubuh. Aku tahu dari status temen aku di facebook bilang bakal ada hujan meteor. Vadlun, temen SMA, sekarang dia kerja di Jepang. Dia juga kasih tahu artikel dari www.kompas.com tentang adanya hujan meteor. Yah... sedikit penasaran juga. Mungkin juga hanya mencoba cari alasan untuk kembali menyendiri di tengah malam. Alasan yang cukup masuk akal.

Ada hikmahnya juga gara-gara ada hujan meteor ini. Begini ceritanya, tetehku lagi ngambek gitu gara-gara pas waktu kejadian bom di hotel J. W. Marriot dan Rich Carlton itu aku ngga sempet tanya kabar tentang dia. Padahal kantor teteh aku itu dekat ma lokasi kejadian. Tiba-tiba aja ada sms dari teteh aku itu. Intinya dia ngambek karena udah ngga dipeduliin sama keluarganya. Maaf ya teh.

Malam itu aku sengaja kirim sms ke orang-orang terdekat. Alhasil, teteh ngga ngambek lagi loh. Penting yah? Penting banget buat aku.

Sekaligus ngucapin ulang tahun buat enin (baca: nenek). Tanggal 13 Agustus enin ulang tahun dan aku ingin jadi orang pertama yang ngucapin ulang tahun buat enin tersayang. Wilujeng tepang taun, eninku sayang.

Hmm... aku merasa terhibur malam ini. Tiba-tiba aja aku mendapat ilham buat cerpen. Puisi dengan judul yang sama dengan cerpen ini akan menyusul nanti tanggal 19 Agustus 2009. Sengaja menunggu momentum yang tepat. Tanggal keramat kah?. Mungkin.

Alhamdulillah puasa qadha Ramadhannya tamat hari ini. Sebenernya udah dari hari selasa kemarin. Rencananya besok juga mau puasa lagi.

Bandung, 13 Agustus 2009

Bangunlah Dari Mimpi!

Hampir dua bulan aku tak melihat dia. Kebiasaan melihatnya beberapa tahun terakhir telah membuatku kehilangan logika. Baru kali ini aku gunakan waktu kurang lebih dua bulan untuk menjauh dari dia dan hingar bingar kehidupan. Meski aku tahu ini hanya sesaat.

Malam ini tak sengaja saat aku berselancar di dunia maya aku menemukan suatu alasan logis bagi akal pikiranku. Satu-satunya alasan agar dapat dicerna oleh akal pikiran. Selama ini hampir saja aku kehilangan logika. Aku membaca berita di media elektronik bahwa malam ini diperkirakan akan ada hujan meteor. Itulah alasan aku untuk dapat menyendiri di tengah malam yang sunyi dan dingin ini sambil memandang langit.

Dua bulan ini aku berusaha mengelak dan membantah dengan sekuat tenaga. Aku ingin mengasingkan diri dari dia dan hingar bingar kehidupan. Tak akan ku biarkan diriku terbuai oleh mimpi lagi. Sekuat tenaga aku ingin mengembalikan akal pikiranku ke kondisi semula. Tapi tepatnya malam ini aku mencuri satu alasan agar bisa merasakan buaian mimpi itu lagi.

Di tengah malam yang sunyi dan dingin ini aku tak mampu lagi untuk mengelak dan membantah. Sungguh aku tak mampu mengelak dan membantah. Hujan meteor hanyalah sebuah alasan. Aku berbaring menengadahkan wajahku ke langit. Tak ada satu pun bintang kulihat disana. Hanya separuh bulan purnama berwarna jingga. Aku tetap berbaring ditemani alunan musik berasal dari Ipod miniku. Aku terhanyut dalam sunyi malam ini.

Tiap detik yang ku tunggu bukan kehadiran hujan meteor. Kali ini aku tengah menunggu kehadiran dia. Mungkin aku belum terbiasa dengan hal ini. Beberapa tahun terakhir aku terbiasa melihat dia. Aku sama sekali tak mempedulikan muncul atau tidaknya hujan meteor itu. Aku hanya mempedulikan kehadiran dia.

Sesekali aku menatap telepon seluler yang berada disampingku. Aku ingin sekali menghubungi dia. Sekedar memberi tahu bahwa malam ini akan ada hujan meteor. Namun aku mencoba untuk mengelak dan membantah. Aku tahu itu tak akan mengubah pendirian dia.

Akhirnya aku menghubungi sahabat, saudara sepupu, kakak tersayang dan orang-orang terdekat lainnya. Sekedar memberi tahu mereka bahwa malam ini akan ada hujan meteor. Kali ini aku terhibur oleh kehadiran mereka. Meski hanya sekedar sebuah pesan singkat. Aku merasa tak kesepian lagi.

Detik demi detik berlalu. Aku menikmati detik demi detik itu. Aku menikmati malam ini. Sungguh aku menikmati malam ini.

Entah apa yang kurasakan saat ini. Hati dan pikiran saling beradu. Keduanya saling mengisyaratkan siapa yang harus aku patuhi. Sekedar untuk menikmati malam ini. Akhirnya hati yang lebih dominan untuk malam ini. Aku terhanyut kembali dalam buaian mimpi. Mimpi mengembalikan dia dalam ingatan.

Seketika bayangan menjelma menjadi kenyataan. Aku masih bisa merasakan kejadian terakhir sebelum aku memutuskan menjauh dari dia dan hingar bingar kehidupan. Tepat dua bulan yang lalu ketika pertama kalinya dia memanggil namaku. Hanya karena dia memanggil namaku membuat aku hampir kehilangan logika. Sungguh aku pun heran dibuatnya.

Ketika aku terhanyut dalam buaian mimpi tiba-tiba aku memanggil namanya didalam hati. Aku memanggil namanya sekuat tenaga. Untuk kedua kalinya aku memanggil namanya tiba-tiba muncul satu bintang. Satu bintang yang terang benderang. Satu bintang itu seolah mengisyaratkan kehadiran dia malam ini.

Aku tersentak melihat satu bintang itu. Aku merasa itu adalah sebuah firasat. Entah kenapa firasat itu tiba-tiba muncul di hadapanku. Aku bisa merasakan firasat itu.

Seakan malam ini tak akan pernah berakhir. Aku terhanyut dalam buaian mimpi. Di tengah malam yang sunyi dan dingin. Aku sungguh menikmati tiap detiknya malam ini. Terlalu indah untuk aku lewatkan. Kehadiran dia dalam imajinasi melengkapi indahnya malam ini.

Menjelang pagi aku baru terbangun dari mimpi indahku itu. Aku merasa baru beberapa menit berbaring disana. Menyongsong pagi hari aku telah membuat sebuah keputusan besar. Keputusan besar dalam hidup. Aku berpikir untuk meninggalkan mimpi-mimpiku. "Bangunlah dari mimpi!", aku bergumam dalam hati. Itulah keputusan besar dalam hidupku. Sebuah keputusan besar yang harus kujalani semenjak hari ini sampai hari-hari berikutnya.

Aku memahami mengapa berjuang sekuat tenaga membuat keputusan besar itu. Aku tak ingin mengingat dia lagi. Aku terlalu rapuh untuk mengingat dia. Aku tahu dia tak akan bisa lepas dari kenangan manis dalam hidupnya itu. Aku tahu dia hanya terhanyut dalam mimpinya. Aku tahu di dalam mimpinya tak ada aku. Aku hanya makhluk asing baginya.

Sekali lagi aku mencoba memahami arti keputusan besar itu. Hari ini, hari esok dan hari-hari berikutnya tak akan ada dia dalam mimpiku. Kini aku telah berusaha bangun dari mimpi-mimpi itu. Aku tak ingin larut di dalamnya. Aku terlalu rapuh untuk tetap tinggal.


Bandung, 13 Agustus 2009

Rabu, 12 Agustus 2009

Menikmati Sisi Spiritual Kehidupan

Liburan. Jauh dari hingar bingar kehidupan Kampus. Aku tahu saat-saat ini bukan untuk selamanya. Hanya sesaat. Aku tahu hanya sesaat menjauh dari hingar bingar kehidupan Kampus. Bukan aku tak merindukan teman-teman Kampus semua. Aku merindukan mereka. Namun, aku hanya ingin menikmati arti kehidupan ini. Sejenak.

Alhamdulillah hari selasa kemarin dan hari ini aku tamat puasa qadha Ramadhan. Sekedar melatih pikiran, emosi dan tubuh menjelang bulan Ramadhan. Sungguh aku sangat menikmati sisi spiritual kehidupan ini.

Aku mulai berpikir bulan Ramamadhan ini aku harus khatam Al-Qur'an. Seumur hidup cuma pernah khatam Al-qur'an 1 kali? . Malu. Menjelang bulan Ramadhan ini aku mulai menyicil baca Al-Qur'an. Target selesai bulan Ramadhan kali ini aku bisa khatam Al-Quran. Amiin.

Aku harap bisa mencapai target. Aku jadi teringat ucapan dosenku Pak Mumuh M.Z. tentang masalah umat Islam yang sudah melupakan membaca Al-Qur'an. Lalu, apalah arti status sebagai muslim? Hanya sekedar status KTP kah?. Sangat ironis.

Semua umat Islam, Selamat Menjelang Bulan Ramadhan. Mudah-mudahan amal ibadah puasa kita semua di terima oleh Allah SWT. Amiin.
Mari manfaatkan bulan Ramadhan nanti dengan sebaik-baiknya. Marhaban Yaa Ramadhan!.

Senin, 10 Agustus 2009

Lelah

Jika bukan Dia telah menciptakan aku
Jika bukan Dia aku berada di dunia untuk beribadah pada-Nya
Aku lelah berada di dunia ini
Dengan segala kefanaan ini
Dengan segala semua aktivitas dunia ini

Untuk apa kuliah?
Mencapai gelarkah?
Mencapai pekerjaankah?

Untuk apa menikah?
Mencapai sunnah Rassul?
Mencapai kebahagiaankah?

Untuk apa bekerja?
Untuk memuaskan nafsu materialisme belaka?
Untuk status sosialkah?

Semua itu hanyalah sebuah pencapaian materialisme belaka
Aku lelah dijajah oleh materialisme
Adakah sebuah idealisme murni di dunia ini?

Aku lelah Ya Allah SWT.



Bandung, 23 Maret 2009 08:40 AM

Arlin Widya Safitri

Tiga Hari

Hari ini jam 9:38 | Sunting Catatan | Hapus
Ada apa dengan semua ini?. Semua seakan tersentak begitu saja. Tak ada firasat sebelumnya. Semua seakan baik-baik saja. Tiba di bulan Agustus semuanya tidak sama lagi. Ada yang menghilang dari sisi kehidupan ini. Tentu saja di bulan Agustus semuanya tidak sama lagi.

Sungguh musibah ini terjadi berturut-turut. Seakan semuanya telah di rencanakan dengan sebaik mungkin. Tiga hari berturut-turut satu per satu meninggalkan dunia yang fana ini. Hendak kemana mereka akan pergi?. Suatu tempat yang sunyi dan jauh dari hingar bingar kehidupan duniawi.

Sebuah skenario kehidupan. Tepat tanggal 4 Agustus 2009 Mbah Surip meninggal dunia. Tepat tanggal 5 Agustus 2009 saudara sepupuku - Teh Indri meninggal dunia. Tepat tanggal 6 Agustus 2009 W.S. Rendra pun meninggal dunia.

Ada yang menghilang kini. Tak ada yang dapat mencegah itu semua. Sebuah skenario kehidupan. Selamat jalan semuanya. Semoga amal ibadah kalian diterima di sisi-Nya. Amiin.

Aku tak akan melupakan ini semua. Sangat jelas terekam dalam ingatanku. Aku tak akan melupakan ini semua.

Minggu, 09 Agustus 2009

Selamat Datang Mahasiswa Baru

Tulisan kali ini pas tgl 1 Agustus kemaren. Ceritanya gini. Aku dan mamah nyampe ke Suryalaya (daerah Tasik) kurang lebih jam 01 malem. Soalnya ke Indihiang dulu ngga ke Pamoyanan. Supirnya mau pulang ke Kawali. Padahal lewat Suryalaya atau Panjalu lebih deket kan? Alasan supir sih karena ada penumpang satu orang yang mau ke Ciamis jadi ngga lewat Suryalaya. Tapi pas sama mamah niat mau di borong 20rb malah nawar 50rb. Akhirnya jadi 40rb dianter sampe depan rumah Bi Eti di Suryalaya.

Alhasil penumpang satu orang yang mau ke Ciamis itu dipindahin ke mobil yang jurusan Ciamis. Tega banget. Berarti alasan tadi cuma sekedar basa-basi dong? Itulah kehidupan, manusia selalu kalah bersaing dengan material. Sebenarnya nilai manusia itu lebih tinggi atau lebih rendah dari material? Coba sedikit renungkan.

Aku merasa bersalah juga karena gara-gara mamahku yang merubah niat awal supir. Alasannya cuma satu karena sudah malam. Tepatnya tengah malam menjelang pagi. Lagi pula yang memaksa bukan mamah tapi supir itu. Yang menawarkan lebih dulu juga supir itu. Mamah tadinya mau pindah ke angkot 05.

Nyampe di rumah Bi Eti, keadaan rumah sepi banget. Terlalu sepi untuk ukran acara "malam manaqiban". Bulan Juli kemaren rame. Malah ada tamu dari Cikijing satu rombongan dan wakil rektor D3 IPB nginep di rumah Bi Eti. Penting ngga sih?
Penghuni rumah udah nyenyak tidur. Latif yang buka pintu samping dan masih nonton tivi.

Di ruang tivi ada koran "Pikiran Rakyat" tgl 1 Agustus 2009. Aku baca ternyata isinya pengumuman daftar mahasiswa yang diterima di empat PTN Bandung. Baru sadar hari ini pengumuman SNMPTN. Aku baca artikel itu "8.608 peserta diterima di empat PTN Bandung".

Sekilas setelah membaca artikel itu aku teringat beberapa tahun ke belakang saat aku menjadi peserta SPMB. Waktu itu namanya masih SPMB. Aku masih ingat ego ku saat itu masih di puncak gunung tertinggi di dunia. Ingin masuk ITB. Nyatanya ngga masuk. Cita-cita pengen kerja supaya bisa membahagiakan mamah dan bapak. Sama sekali ngga kepikiran hal-hal yang lain. Jujur, tujuan waktu aku masuk kuliah yaitu materialisme.

Eniwei, "Selamat Datang Mahasiswa Baru" maksudnya "selamat datang di dunia baru'. Dunia Kampus beda banget dengan dunia SMA, SMP apalagi SD dan Taman Kanak-Kanak. Namun, itu juga bisa relatif sifatnya. Karena mahasiswa 'hedonis' ngga akan bisa ngerasain perbedaan itu. Mereka hanya terbuai dengan buaian duniawi yang bersifat semu.

aku sadar pemikiranku berbeda setelah masuk kuliah. Memang itulah tujuan sesungguhnya kuliah, yaitu merubah 'pola pikir'. Bukan untuk mencari harta kekayaan dengan harapan bisa kerja dengan gaji yang memuaskan. Ternyata yang lebih penting adalah belajar untuk 'memaknai hidup' ini. Berpikir kritis terhadap setiap permasalahan. Berperan sebagai 'agent of change' di tengah masyarakat. Meski itu semua hanya sebuah harapan atau lebih parahnya hanya sebuah 'wacana'? Entahlah.

Tapi, tetap semangat!!! adik-adikku tercinta di seluruh Nusantara. Kalian harus tetap bersemangat. Ada sebuah catatan dari Henry Chester:"Semangat adalah aset terbesar di seluruh dunia. Ia mengalahkan uang, kekuasaan dan pengaruh". SEMANGAT!!!

Sekedar "share" pengalaman aja. Di kampus itu kalian bebas berekspresi. Kalian bebas menentukan sikap (sikap yg benar tentunya). Kalian bebas menentukan karakter masing-msing. Tentunya harus di dsari oleh pengetahuan terlebih dahulu. Jangan asal. Mahasiswa dituntut harus 'ilmiah' banget.

Kalian bebas menentukan pilihan hidup. Apakah memilih sebagai mahasiswa 'hedonis', mahasiswa 'study oriented', mahasiswa 'aktivis', mahasiswa 'agamis', mahasiswa 'atheis', mahasiswa 'sekuler' dan sebagainya. Sebenernya masih banyak pilihan hidup itu.

Sedikit intermezo aja, di koran "Pikiran Rakyat" tgl 1 Agustus 2009 itu pun ada artikel ttg "12 Mahasiswa ITB di pecat, 2 diskors". Pasti tahu kan kasus yang lagi 'booming' itu? Nah, mungkin ada yang berminat jadi mahasiswa 'joki'? Boleh2 aja asal tanggung resikonya sendiri. Hehe. Aku ngga bisa memaksa untuk memilih salah satu pilihan hidup itu. Adik-adik udah dewasa. Seharusnya sih udah bisa mencerna dan mengambil 'pilihan hidup' yang terbaik. Nyatanya ngga seperti itu.

Anehnya honor dari hasil 'joki' itu buat kebutuhan tersier alias buat liburan. Hmm...kok bisa?

Satu hal lagi jangan merasa diri sendiri termasuk manusia paling pintar di negeri ini cuma gara-gara lolos SNMPTN tahun ini. Percaya deh itu cuma sebuah "keberuntungan". Lants jangan merasa satu tingkat diatas orang-orang yang ngga bisa kuliah. Pada hakikatnya semua manusia itu sama. Intinya jangan sombong dengan status baru sebagai "mahasiswa". Sebaliknya harus rendah hati. Banyak banget beban di bahu seorang "mahasiswa".

Atau setelah lulus kuliah nanti tiba-tiba menjadi seorang "pejabat". Tiba-tiba kekuasaan berada di tangan sendiri. Kemudian dengan seenaknya melakukan korupsi. Itu juga bagian dari pilihan hidup.

Itu semua hanya sekedar intermezo aja. Hanya merangsang daya nalar adik-adik semua dimana pun kalian berada. Hanya merangsang 'pemikiran kritis' kalian saja. Jangan dianggap menggurui. Pada dasarnya aku pun masih terus menjadi seorang murid yang terus belajar, belajar dan belajar untuk mengerti makna hidup ini. Entah sampai kapan. Aku tahu bahwa aku tidak tahu.

Sekali lagi "Selamat Datang Mahasiswa Baru di Dunia Baru". Dunia Kampus. Jalani dengan sebaik mungkin.

Sampai ketemu lagi di lain waktu. Mudah-mudahan ngga bosen dengan tulisan-tulisanku ini. See you.

Bandung 1 Agustus 2009 (post tgl 9 Agustus 2009).