Kamis, 31 Desember 2009

Mandalawangi - Pangrango (puisi Soe Hok Gie)

sendja ini, ketika matahari mulai turun
ke dalam djurang-djurang mu
aku datang kembali
ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbitjara
tentang manfaat dan guna
aku bitjara padamu tentang tjinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku tjinta padamu, Pangrango jang dingin dan sepi
sungaimu adalah njanjian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
dan bitjara padaku tentang kehampaan semua

"hidup adalah soal keberanian
menghadapi jang tanda tanja
tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah, dan hadapilah"

dan antara ransel-ransel kosong
dan api unggun jang membara
aku terima itu semua
melampaui batas-batas hutanmu
melampaui batas-batas djurangmu
aku tjinta padamu Pangrango
karena aku tjinta pada keberanian hidup



Djakarta, 19-7-1966
Soe Hok Gie

menjelang tahun baru

hari ini beli buku Soe Hok Gie, Sekali Lagi... berhasil di beli dari uang honor artikel. selengkapnya di lanjutin nanti.

Seorang Nenek Tua

(untuk Enin tersayang)


Seorang nenek tua tengah berbaring
di tempat tidurnya.
Salam rindu tak tertahankan dari kejauhan.
Hati ingin bersua apa daya tak dapat bersua.
Sebuah do'a mengirimi malam ini.




Bandung, 29 Desember 2009

Puing-puing Kehidupan

Hidup dalam ketidakadilan
Hidup dalam kemelut
Hidup dalam kemunafikan
Hidup dalam carut-marut

Kehidupan seakan tak terkendali
Kembali ke titik nadir

Berdiri ditengah puing-puing kehidupan
yang telah luluh lantak.
Tak menyisakan sedikit harapan
agar tercipta masa depan cerah.


Bandung, 29 Desember 2009

Kupu - Kupu Kertas

Khayalan kupu-kupu kertas
terbang melayang bebas di udara.
Khayalan kupu-kupu kertas
berhiaskan sayap warna-warni nan cantik.
Khayalan kupu-kupu kertas
menghirup semerbak harumnya bunga di taman.
Khayalan kupu-kupu kertas
menari-nari indah di bawah hangatnya matahari.
Khayalan kupu-kupu kertas
memiliki jiwa agar menjelma sebagai kupu-kupu sejati.



Bandung, 29 Desember 2009

Senin, 28 Desember 2009

Suara Alam

Rumput ilalang bergoyang di tiup angin
Angin berhembus kencang
Gemericik air membasahi bumi
Tanah kini tak lagi gersang




Bandung, 28 Desember 2009

Sayap - Sayap Malaikat

Sayap - sayap malaikat mendekatlah
Melekatlah erat dalam tubuhku
Sayap - sayap malaikat mendekatlah
Bawalah aku ke langit ke tujuh

Ingin aku bertemu dengan-Nya
Mengutarakan keluh kesah
Kemelut kehidupan duniawi
Seolah tiada akhir

Ingin aku bersujud d hadapan-Nya
Memohon ampunan atas segala dosa
Mungkin karena aku ini lautan dosa
Tak pantas untuk meminta

Dengar permintaanku ini
Aku ingin kemelut kehidupan duniawi ini
diakhiri dengan senyuman indah
Menuju surga-Mu yang damai




Bandung, 28 Desember 2009

Sabtu, 26 Desember 2009

Hari Ibu

Hari ini dunia merayakan hari ibu
Serempak umat manusia mengagungkan seorang ibu

Di hari ini aku terenyuh
Sadara sepupuku bersimpuh di hadapan seorang ibu
Membasuh bersih telapak kakinya dengan air
Dengan ikhlas ia meminum air itu

Aku termenung
Saudara sepupuku telah mengalami pahitnya kehidupan
Di balik pahit kehidupan telah mendapatkan anugerah seorang Alif

Aku masih terlalu mentah untuk memahami perjuangan seorang ibu
Aku beruntung menyaksikan ini
Aku terpacu untuk menjadikan setiap hari adalah hari ibu




Bandung, 22 Desember 2009

Menjadi Perempuan

Mual dengan rentetan peristiwa politik di tanah air
Rentetan peristiwa ibarat sebuah drama
Mulai jenuh melihat rentetan peristiwa penuh rekayasa

Hidup tak selamanya menonton adegan drama
Aku ingin menikmati hidup dengan menjadi Perempuan
Menjadi perempuan bukan terlepas dari sebuah drama

Kehidupan tak akan pernah terlepas dari drama
Manusia bertingkah laku itu bagian drama
Perempuan salah satu tokoh didalamnya

Menjadi perempuan suatu panggilan hati
Menjadi perempuan bukan sebuah pelarian
Menjadi perempuan suatu bentuk pendewasaan diri





Bandung, 20 Desember 2009

Drama Politik

Jenuh aku disajikan menu makanan "Drama Politik" setiap waktu
Sarapan di pagi hai membuatku mual dijejali menu "Drama Politik"
Makan siang membuatku sakit kepala dijejali menu "Drama Politik"
Di sore hari disuguhi cemilan "Drama Politik" yang membuat perut melilit
Makan malam pun masih dengan menu yang sama
Belum sempat menyentuhnya aku langsung mual, sakit kepala
dan sakit perut yang melilit kembali menerjang
Rasa ingin muntah tak tertahankan
dan tak lama aku memuntahkan menu "Drama Politik" dari dalam perut
Perutku pun tak mau mencerna



Bandng,16 Desember 2009

Keadilan

Menggema suara-suara mempertanyakan keadilan
Suara-suara rakyat memekik kesakitan
Rintihan rakyat yang telah lama terabaikan

Keadilan, keadilan, keadilan
Seolah mudah didapatkan

Setengah melupa bahwa keadilan itu sesuatu yang transendental
Sesuatu yang transendental bukan produk dari dunia
Tak usah heran rintihan rakyat yang memekik kesakitan itu
terdengar hanya buaian semu





Bandung, 15 Desember 2009

Sabtu, 12 Desember 2009

Senangnya hari Minggu ini..

pagi2 jam 7.52 tiba2 aja ada sms dari kang Budhi Setyawan. tau kan dy seorang penyair puisi. sempet bingung juga kok bisa tau nomor aku dr siapa yah?. kang Budhi nanyain apa bener ada puisi2'y dimuat di Radar Bandung. Kebetulan aku baca hari ini dan ternyata emang dimuat disitu.
Trus ada permintaan teman 1 orang. kamu tau dr siapa? dari temen sebangku waktu SMA namanya Dina Purwanti. Oh my God! udah lama nyari2 Dina di FB sampe salah add orang yg namanya sama, tp orang itu masih SMA.
Hari ini juga temen aku waktu SMP upload undangan pernikahannya tgl 20 Des nanti. Meskipun bentrok sama temen aku di Bandung pastinya aku usahain dateng kok.
Hari ini penuh kejutan.

Kamis, 10 Desember 2009

Pelukan Seorang Bayi

(untuk Alif keponakanku tersayang)

Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk membebani ayah dan ibunya?
Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk menyaksikan pertikaian dua keluarga?
Mungkinkah seorang anak meminta dilahirkan ke dunia ini
untuk tidak merasakan kasih sayang seorang ayah?

Malam itu ketika semua orang tertawa
larut dalam kebahagiaan.
Aku tak menemukan dalam sorot matanya yang mungil.
Sebaliknya aku menemukan rasa kepedihan.
Kepedihan yang aku pun tak sanggup mengalaminya.

Aku mencoba untuk tersenyum dalam kebahagiaan itu.
Tangan mungil itu menyentuh pundakku
sehingga aku tak sanggup untuk menjauh.
Aku rangkul tubuh mungilnya yang lembut
dan aku merasakan kepedihan itu.
Tubuh mungil yang lembut itu membalas
merangkulku dengan wajah sendu.

Tuhan...
Mengapa Kau kejam membiarkan seorang anak yang belum mencapai
satu tahun hidup di dunia ini mengalami pahitnya hidup ini?
Tuhan...
Tak akan Kau berikan kebahagiaan untuk tubuh
mungil itu walau hanya sekejap saja?

Aku tahu Engkau Maha Adil.


Bandung, 2 Desember 2009

Kuningan, Aku Akan Datang!

Tiba waktunya seorang mahasiswa
mengabdikan diri sepenuhnya kepada masyarakat.
Pengabdian diri merupakan
bentuk pelaksanaan kata-kata.
Mencoba memahami isi alam dan sekitarnya.
Berselaras dengan alam.

Kuningan...
Disanalah akan kuhabiskan
hari-hari selama kurang lebih satu bulan.
Memahami makna kehidupan.

Kuningan...
Aku akan datang!
Semoga disana masih tersimpan
sebongkah mimpi dan harapan.



Bandung, 4 Desember 2009
(setelah sorenya daftar KKNM1 Online, lokasi yang dipilih Cilimus, Kuningan)

Jumat, 04 Desember 2009

Ballada Dua Anak Pengamen Bus

Berangkat kuliah jam 1 siang. Naik bus Damri AC. Ngga lama kemudian naik dua anak pengamen hendak mencari nafkah. Tapi tiba-tiba saja dilarang oleh kondektur bus Damri AC tersebut. Aku bertanya2 dalam hati "kenapa ngga boleh nyanyi?". Oh mungkin karena bus ini adalah AC bukan tempat para pengamen tapi tempat para eksekutif. Di lihat dari harga tarifnya jelas berbeda dengan bus Damri AG (angin gelebug). Mungkin dua anak pengamen tersebut hanya dianggap pembuat gaduh, sedangkan dalam bus tersebut harus tertib dan hening. Dua anak tersebut pasrah saja, diam dan tak berontak sedikitpun. Mereka kelihatannya anak-anak yang baik.

Pas ada penumpang turun minta dibawakan bawaannya yang berat lalu salah satu pengamen itu membantu dan mendapat imbalan 5000 rupiah. Polosnya anak itu kebingungan uang itu harus disampaikan ke kondektur. Ibu2 di sebelahku dan aku serempak memberitahu bahwa itu rizki kamu. Anka itu baru mengerti dan tersenyum. Ibu2 di sebelahku menginterogasi mereka berdua. Akhirnya ibu2 itu memberi 5000 rupiah. Mungkin supaya adil dapat masing2 5000 rupiah.

Kesabaran membawa berkah. Tak perlu sakit hati karena tak dianggap dalam kesejukkan bus AC itu. Buktinya Tuhan masih selalu memberi rezeki bagaimanapun caranya. Aku percaya bahwa Tuhan itu adil.

Hari Kamis, 03 November 2009