Rabu, 30 September 2009

Ada apa dengan tetanggaku?

Sebelum adzan maghrib Ua (panggilan tetanggaku itu) dianterin sama Bu Hendra (tetangga sebelahnya) ke dokter (kayaknya sih...). Ua keliatan lemes banget. Ada apa yah? Keliatannya Ua sakit deh. Aku bingung kenapa ngga anak atau menantunya yang nganterin ke dokter? kenapa Bu Hendra? Kok tega anak dan menantunya?

Padahal pas hari senin kemarin dateng pagi2 kurang lebih jam 06 pagi ke rumah. Minal adin wal faidzin ke mamah. Keliatannya baik-baik aja.

Aku takut umurnya ngga lama lagi. Ua umurnya lumayan udah agak tua. Sedikit lebih tua dari mamah. Aku sedikit khawatir soalnya orang yang deket ajalnya suka minta maaf dulu ke semua orang. Tanpa disadari semua orang yang dimintai maaf. Aku harap Ua baik-baik aja. Kembali sehat lagi. Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.

Mamah lagi di Tasik lagi hari ini. Aku belum sempet kasih tahu mamah. Nanti mamah pasti kaget dan khawatir juga sama keadaan Ua. Di komplek sekarang lagi banyak yang aneh-aneh. Anaknya Bu Rudi, Teh Galih namanya suka nangis secara tiba-tiba. Kata Bu Rudi katanya Teh Galih itu ada yang ngejailin orang yang pernah suka sama Teh Galih dulu tapi ditolak. Orang itu seorang dosen di UPI, katanya sih. Jadi, sekarang teh Galih menjadi seorang "indigo". Pas ngeliat makhluk-makhluk halus suka nangis-nangis gitu karena ketakutan.

Apa iya masih ada hal-hal seperti itu? Kedengarannya amat sangat absurd. Entahlah. Aku bukan orang yang percaya sama hal yang berbau mistik. It's impossible for me.

Minggu, 27 September 2009

Sakit Membawa Berkah

Hmm... kemaren malem itu boro-boro bisa berselancar di dunia maya kayak malem ini. Mencoba menceritakan kronologis kejadian malem kemaren meskipun sedikit ngga penting. Hehehe. Kemaren malem habis posting Resensi Buku Jermal di blog sama di catatan facebook tiba-tiba aja kepala pusing. Bener-bener ngga tahan. Ditambah perut mendadak sakit lagi. Damn!. Menderita banget di malam minggu lagi. Jadinya berbaring di tempat tidur deh. Tadinya mau jalan-jalan keluar tapi bener-bener fisik aku lemah banget waktu itu. Ngga jadi jalan-jalan deh. Hiks..

Semaleman aku ditemenin mamah disamping aku. Mamah is the best for me. Mamah orangnya pasti ngga tegaan ngeliat anaknya sakit sedikit aja udah panik banget. Alhasil semaleman aku ditemenin mamah. Waahh... senengnya. Iya dong mamah siapa dulu??

Semaleman ngga bisa tidur. Sakit kepala dan sakit perut yang amat menyiksa. Ampun deh. Kapok. Ngga mau-mau lagi ngerasain kayak gitu. Btw, kenapa yah sakitnya kok tiba-tiba gitu? Ngga permisi dulu gitu. Penyakit yang aneh.

Sempet tidur sebentar. Mimpi yang aneh. Tapi cukup membuat aku tersenyum.

Pagi hari pasukan Wiwin, Vina dan Damar menyerbu kamar. Mereka gangguin aku terus. Sedikit ngehibur juga ditengah sakit kepala yang udah agak mendingan. Mereka terus cengcengin aku. Huffftt...

Akhirnya sore hari maksain buat berselancar di dunia maya ini. Ngga ada yang berbeda. Masih tetap sama. Oh iya nambah lagi friendlist di facebook. Dia sama hobi nulis juga. Malah udah bikin buku My Life Is An Open Book. Yang bikin penasaran buku ini kata dia kontroversial karena terlalu membuka aib diri sendiri dan orang lain. Seru juga. Itu tandanya berani jujur sama diri sendiri dan pembaca. Ada beberapa orang lagi nambah friendlist di facebook. Mereka Novaldi Lawan Penindas dan Juniatus Cornelis Talibura Tubulau. Hmm.. nama yang sedikit nyentrik. Tapi keliatan dari posting di facebook mereka update tentang "kemanusiaan". Ada satu orang lagi Air - Novel Ababiel. Yang satu ini penulis novel berbau agama. Senangnya nambah temen-temen yang unik.

Dilanjutin malem ini, tepatnya malem senin mencoba untuk berselancar di dunia maya lagi. Berharap ada yang beda lagi. Yupz.. malem ini ada yang berbeda. Sedikit menghibur. Padahal ngga diharapkan lagi loh. Aneh yah.
Sayangnya ada sedikit gangguan teknis di komputer nih. Alhasil cuma beberapa menit aja gitu. Menyebalkan memang.

Makasih Allah SWT udah kasih aku keringanan dalam sakit aku ini. Sekarang udah agak mendingan sakit kepala dan sakit perutnya. Makasih juga udah bikin aku terhibur. Meski hanya sesaat. Makasih buat semuanya. Engkau memberiku sakit itu tandanya Engkau masih menyayangi aku.

Sabtu, 26 September 2009

Resensi Buku Jermal

Judul Buku : Jermal
Penulis : Yokie Adityo
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Agustus 2009
Tebal : vi + 142 hlm;20,5 cm

Jaya, seorang bocah berumur 12 Tahun, mempunyai harapan bekerja di Jermal. Sebelum ibunya wafat sempat memberitahu Jaya agar bertemu bapaknya di Jermal. Jermal serupa dengan ajungan minyak lepas pantai mini, terdiri dari balok dan papan kayu yang diikat jadi satu. Sebuah gubuk terbuat dari seng-seng tua diatasnya. Jermal adalah tempat penjaringan ikan ditengah laut.

Jaya, bocah itu, diantar oleh seorang pembawa surat untuk menemui Bandi si bisu. Bandi adalah seorang juru masak sebuah Jermal. Setiap beberapa minggu sekali ia turun ke darat, mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari untuk dibawa ke Jermal. Banyak yang kemudian menitipkan anak untuk diikutsertakan ke Jermal. Mereka adalah anak-anak di bawah umur untuk dipekerjakan.

Jaya bukan tipikal anak yang mengandalkan otot. Ia seorang anak biasa yang masih mengandalkan orang tua. Namun, Jaya harus tetap bertahan bekerja di Jermal. Jaya mulai menyadari risiko yang mengancam: kekerasan, pelecehan, dan yang terburuk, kehilangan nyawa!.

Di Jermal, Jaya beserta anak-anak lainnya bekerja keras. Upah mereka nantinya berkisar Rp 250.000,00 sebulan. Berita perihal mereka sesekali diangkat dalam artikel di koran-koran lkal, tetapi tidak ada yang peduli. Anak-anak di bawah umur terus diperas tangannya. Jermal, tempat anak-anak bekerja siang dan malam.

Sejak rezim Soeharto, pekerjaan para relawan LSM bertambah mudah. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak melarang adanya pekerja di bawah umur. Pihak yang berwenang, seperti kepolisian dan Angkatan Laut, mulai memberikan dukungan pada usaha mereka memotong jalur mempekerjakan anak di bawah umur, utamanya di Jermal.

Sebuah LSM yang secara teratur mengunjungi tiap Jermal untuk melihat, merazia, apakah ada anak di bawah umur yang dipekerjakan. Jika ada, mereka rela bersusah payah melacak anggota keluarga sang anak di daratan dan mengantarnya pulang atau sebaliknya salah satu anggota keluarga akan diajaknya mengunjungi jermal, menjemput si anak untuk kembali ke rumah. Sering keluarga anak-anak itu tidak mengetahui kondisi di jermal sebenarnya dan terkejut saat diberi tahu ataupun saat datang melihat langsung.

Kehidupan di Jermal sangat keas. Tidak ada jam untuk bermain sepakbola. Yang ada hanyalah jam-jam menarik jaring berisi ikan. Para bocah dibayar agar siaga 24 jam. Tepat tengah malam pun, mereka bangun bekerja. Mereka diperbolehkan turun ke darat tiap tiga bulan sekali. Sedangkan, tauke-tauke itu akan datang tiap dua minggu sekali. Pada saat itu, mereka akan mengambil ikan hasil tangkapan para pekerja cilik sambil mengantar barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sering kali mereka juga membawa anak baru untuk dipekerjakan.

Jangan pernah bicara soal makan. Menu makan tiap hari tidak akan pernah diganti. Sebagai pencari ikan, sudah jelas ikanlah yang akan mereka santap tiap jam makan, ditambah satu sayur yang tahan lama seperti kol atau wortel. Jangan juga bicara soal mandi. Ditengah laut, air tawar yang terbatas diutamakan untuk minum, dan minum.

Setiap kali razia dilakukan anak-anak itu selalu bersembunyi. Bandi memasuki kamar dengan seorang polisi dan seorang anggota LSM. Mereka melihat sekeliling kamar yang tidak berpenghuni. Hanya suara jangkrik yang terdengar.

Bagaimana Jaya dapat bertahan hidup dalam situasi keras di Jermal? Jaya, terlalu lemah dan cengeng sehingga ia harus melewati masa-masa ospek terus menerus. Bahkan selamanya. Anak seperti itu akan menjadi kacung bagi anak-anak lainnya. Menjadi bulan-bulanan dan diinjak-injak martabatnya. Apakah Jaya dapat mewujudkan harapannya bertemu dengan bapaknya? Harapan yang begitu besar hingga mengalahkan ketakutannya.

Membaca novel "Jermal" ini membuat pembaca mengetahui isu-isu penting seperti kemiskinan dan pekerja di bawah umur. Novel "Jermal" ini memberikan gambaran tentang betapa kerasnya kehidupan di Jermal. Selain itu, memberikan informasi akan adanya ketertindasan anak-anak di Jermal.


Arlin Widya Safitri, tinggal di Bandung.

Selasa, 22 September 2009

Ngga jadi ke Tasik... hiks...

Rencananya hari ini mau ke Suryalaya tapi ngga jadi deh. Hiks. Berhubung ada keluarga aki Didang ke rumah tadi siang. Kurang lebih jam 11 siang. Jadinya rencana ke Tasik diundur jadi hari Rabu besok. Latif ma Dhea udah pada nanyain terus bih via facebook. Udah kangen ma aku. Aku emang ngangenin sih hehe ^_^.

Hari ini juga udah nulis Resensi Buku Paris Lumiere de l'Amour: Catatan Cinta dari Negeri Eiffel. Baca deh... seru loh... Jadi tahu sebagian tentang Paris.

Berkaitan dengan kue, mamah sampe detik ini masih terus aja bikin kue. Rada jenuh juga sih. Tapi tetep bantuin mamah dong. Tadi Mang Ujang (tukang air) juga udah kebagian. Mang Yaya udah dikasihin kemarin malem. Mang Ahmad udah pas hari ke-2 lebaran. Tinggal Mang No nih. Kemana Mang No yah? kok belum dateng-dateng ke rumah? jangan-jangan sakit lagi. Lega rasanya udah berbagi rezeqi.

Resensi Buku Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel

Judul Buku : Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel
Penulis : Rosita Sihombing
Penerbit : Lingkar Pena
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : 186 hlm


Siapa yang belum pernah mendengar perihal kota paling romantis di dunia yang satu ini? Siapa pula yang tidak tahu tentang kemegahan Eiffel atau keindahan Champs-Elysees? beragam informasi dan berita mengenainya dapat kita temukan dengan mudah di media. Namun, bagaimana jika Paris dihadirkan dalam bentuk kisah-kisah keseharian yang ditulis dengan sepenuh hati oleh warga kotanya yang notabene berdarah Indonesia?

Paris Lumiere de l'Amour : Catatan Cinta dari Negeri Eiffel adalah curahan hati penulis dan pengamatan pribadi terhadap lingkungan sekitarnya. Uniknya, aneka peristiwa tersebut dipaparkan dari sudut pandang seorang perempuan berlatar belakang Timur, sekaligus seorang FTM (Full Time Mother) yang berdomisili di kota yang bersangkutan.

Banyak hal menarik yang diperoleh dari bab demi babnya. Misalnya, dalam Bab 1 Voila, Paris!. Dalam bab ini ada hal yang menceritakan Suka Duka Angkutan Umum. Di negara maju seperti Perancis yang notabene sudah mengalami kemajuan pesat dalam teknologi masih menghargai adanya Velib (sepeda sewaan) (hal. 9 - 14). Di Perancis pun Ada Tunawisma. Perancis negara maju, pasti ada masalah sosial termasuk menyangkut pengemis atau orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Setiap bulan seorang tunawisma mendapat tunjangan rutin dari pemerintah Perancis sekitar 300 euro. Kebijakan pemerintah Perancis untuk warganya yang menganggur (hal. 21 - 23). Adapun China Town, Surga Belanja Orang asia, Tang feres merupakan distributor makanan Asia terbesar di wilayah Eropa. Disana terdapat bahan makanan ala Indonesia disana-sini, sayur kangkung, sawi, kacang panjang, petai, daun pisang, tahu kuning, aneka cendol. Ada juga aneka buah-buahan khas Asia. Belum termasuk makanan kalengan seperti kelapa muda, kolang-kaling, rambutan dan masih banyak lagi (hal. 31 - 34).

Dalam Bab 2 Bon Appetit! Ada hal menarik karena dipaparkan adanya Gado-Gado Paris (yang dinamai sendiri oleh Penulis) (hal. 47 - 49). Adapun tulisan Lain Negara, Lain Teman Kejunya. Di Perancis, keju dijadikan menu utama. Teman makanan yang asin, spaghetti misalnya atau dimakan sendiri sebagai penutup (hal. 51 - 52).


Dalam Bab 3 Aktivitas-Aktivitas Seru. salah satunya terdapat tulisan Asyiknya 14 Juli, seperti telah diketahui 14 Juli merupakan tanggal yang amat bersejarah bagi masyarakat Perancis. pada tanggal tersebut, tepatnya tahun 1789 ketika Louis XVI berkuasa, revolusi Perancis meletus. Runtuhnya penjara Bastille merupakan awalnya. Setiap tanggal 14 Juli, masyarakat Perancis mengadakan perayaan diantaranya pesta kembang api dan parade militer. Tidak jauh berbeda dengan peringatan kemerdekaan ala Indonesia. Bedanya di Perancis tidak diadakan lomba-lombaan seperti panjat pinang, makan kerupuk atau balap karung (hal. 61 - 64).
Adapun kisah menarik dalam Demam Piala Dunia 2006 di Jerman. Paris identik pula dengan sepakbola. Lihat saja para pecinta berat sepakbola negeri ini, diantaranya Paris Saint - Germain (klub sepakbola Paris) yang kegilaannya tidak jauh beda dengan pendukung fanatik arek Suroboyo. Pada pertandingan Piala Dunia 2006 di Jerman, kehebohan para fans tim Les Bleus (sebutan untuk tim sepakbolanya Perancis) dapat dilihat dengan jelas. Setidaknya setelah tim Perancis kalah dari tim Italia. Namun, bukan Perancis namanya jika tidak mengenal pesta. Kendati para supporter merasa kecewa dengan kekalahan pada Piala Dunia kala itu, umumnya mereka tetap merasa bangga. Tak ada satu pun teriakan atau cacian kepada tim kesayangan Perancis itu. Mereka tetap menunjukkan rasa terima kasih atas usaha keras para pemain untuk mengharumkan nama bangsa (hal. 79 - 81).

Di dalam Bab 4 Keseharian. Adapun kisah menarik yang dialami penulis dan keluarga mengenai pengalaman tertinggal kunci apartemennya. Penulis menceritakan betapa mahalnya harga kunci. Tukang kunci itu bekerja tidak lebih dari 30 menit. Ongkosnya sebesar 577.32€, tambah sedikit saja bisa membeli tiket pesawat PP Jakarta - Paris (hal. 89 - 92).

Di dalam Bab 5 Saat Muslim Bukan Mayoritas. Ada tulisan Istiqomah, dipaparkan Perancis yang dikenal dengan sebutan negeri Laik ini. Laik kurang lebih artinya negara yang pemerintahannya tidak berdasarkan sistem keagamaan. Contoh kongkret, sekolah-sekolah negeri tidak diperkenankan memberikan mata pelajaran agama kepada siswanya. Para siswa, tenaga pengajar, pegawai di sekolah negeri, sampai pegawai di lembaga milik pemerintah dilarang mengenakan jilbab, salib agama Kristen dan topi yarmulke agama Yahudi. Meskipun banyak kecaman dunia terhadap larangan ini, pemerintah tidak ambil pusing. Suka atau tidak suka, masyarakat yang tinggal di negeri ini harus menjalankannya (hal. 103 - 107).
Selain itu, masih di Bab 5 terdapat tulisan Nama Arab di CV? Nanti Dulu...!.
Ketika rasisme terhadap Italia dan Afrika mulai tidak kentara pada era 80-an, masyarakat Perancis keturunan Arab adalah korbannya. Masyarakat keturunan Arab disini umumnya dikenal sebagai orang-orang Magreb (yang berasal dari Aljazair, Tunisia dan Maroko). Salah satunya yang sering dipersoalkan adalah mengenai nama mereka yang berbau Arab. Dan ini tidak terjadi di Perancis saja, di negara Barat lain pun demikian. Beberapa waktu lampau kaum muda Perancis keturunan Magreb merasa merasa tertekan dengan situasi demikian. Mereka kesulitan memperoleh pekerjaan di Perancis, karena sudah pasti CV yang mereka serahkan ke perusahaaan mencantumkan nama berbau Arab (hal. 129 - 131). Adapun tulisan Bulan Suci di Paris. Dipaparkan berpuasa di Perancis membutuhkan perjuangan yang lebih. Selain kultur budaya dan agama, faktor alam juga mempertebal perbedaannya. Di musim panas berpuasa bisa sampai 19 jam (hal. 139 - 141).


Buku ini berisi kumpulan kisah menarik yang merupakan pengalaman yang dialami oleh Penulis. Penulis tak hanya menceritakan sisi positif mengenai Paris tetapi menceritakan sisi negatifnya juga. Setidaknya, buku ini diharapkan dapat menjawab rasa ingin tahu banyak kalangan tentang kehidupan di kota Paris, seperti keadaan sosialnya, budaya, ekonomi, politik, agama, serta aspek lainnya.

Arlin Widya Safitri, Mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah Fasa Unpad

Minggu, 20 September 2009

Hari Raya Idul Fitri 1430 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Alhamdulillah kita semua kembali ke fitri. Sebulan penuh berpuasa. Sebulan penuh beribadah pada-Nya. Yang jadi pertanyaan tahun depan ketemu bulan Ramadhan lagi ngga yah? Ketemu lagi Hari Raya Idul Fitri lagi ngga yah? Mudah-mudahan aja tahun depan bisa ngerasain lagi indahnya bulan Ramadhan dan menikmati hari kemenangan Idul Fitri. Amiin.

Pas hari Raya Idul Fitri gini masa mamah masih aja bikin kue. Katanya sih buat dibagiin ke petugas keamanan di komplek perumahan sekitar (namanya mang Yaya), tukang becak yang juga suka bantu-bantu di rumah (mang No dan Mang Ahmad namanya). Soalnya, yang kemaren itu pesenan sekitar keluarga dulu. Bikin kuenya mepet juga pas mau udah deket ke lebaran. Jadinya buat orang-orang yang membutuhkan jadi terakhir deh. By the way, hari lebaran di sekitar komplek tempat tinggal aku udah mulai sepi. Rumah-rumah udah pada ditinggal penghuninya. Rumah sebelah kanan aku udah mudik pas sahur terakhir. Soalnya mereka mudiknya jauh ke daerah Jawa Tengah. Rumah sebelah kiri aku masih rame soalnya anak-anaknya pada dateng mengunjungi mereka. Tinggal beberapa hari lagi aku dan keluarga mau mudik juga ke Tasik, tepatnya didaerah Suryalaya. Insya Allah deh.

Latif (sodara sepupu aku di Tasik) udah kepingin curhat katanya. Latif bilang via facebook. Yupz... siap jadi pendengar yang baik. Sama nih aku juga pengen curhat ma Latif. Banyak banget yang mau aku ceritain ke Latif. Banyak banget yang udah aku alami. Semua hal selama ini.

Sabtu, 19 September 2009

Malam Takbiran

Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar...
Laa ilaahailallahu wallahu akbar Allahu akbar walillah ilhamd.

Ngga terasa bulan Ramadhan sudah di penghujung waktu. Tiba saatnya menyambut kemenangan di hari raya Idul Fitri. Kita semua kembali ke fitrah yang suci. Mudah-mudahan ibadah kita di bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Amiin.

Nemenin Damar (ade yang jelek, hihi..) maen Pet Society. Rencananya habis ini mau nyalain kembang api. Waah... pokoknya mau menikmati malam takbiran yang indah ini dengan senyuman.

Tadi sebelumnya ke salon dulu ditemenin ma Damar. Malem takbiran gini salon buka sampe malem. Lumayan banyak juga yang ke salon pas malem takbiran. Apa ini bisa dikatakan sebagai budaya?

Pulang dari salon ngeliat yang jualan kembang api jadinya mampir dulu kesana. Malem takbiran sambil nyalain kembang api. Yuhuuu... seru!!! Damar antusias banget. Seneng ngeliat Damar antusias gitu. Aku sama Damar terhanyut dalam suasana 'penuh senyuman' di malem takbiran ini.

Oiy, tadi sore abis ketemu Teh Iyang di jalan kliningan. Teh Iyang kasih parcel lebaran dan segala macem keperluan buat lebaran. Padahal bukan itu yang diharapin. Tahun ini ngga lebaran bareng Teh Iyang. Udah hampir biasa ngehadepin kayak gini. Meskipun kepengen banget kumpul satu keluarga utuh. Tapi selalu ngga pernah utuh. Teh Iyang terlalu memegang egonya. Sudahlah. Terserah.

Rabu, 16 September 2009

Bantuin mamah bikin kue.....

Bikin kue??? waaahh... itu salah satu hobiku. Selain buat hidangan di rumah juga buat memenuhi pesenan. Sebenernya yang pesen juga masih sekitar keluarga kok. Iseng-iseng aja kata mamah.

Oh iya malam ini ngga bisa nikmatin suasana malam di alun-alun kota Bandung lagi. Sedih juga. Tapi ngga apa-apa lah seengganya udah ngerasain walaupun hanya satu malam saja. Satu malam itu indah banget buat aku. Seriusan deh... ^_^

Udah tradisi bikin kue keju, nastar, putri salju, semprit deelel. Hayyooo tebak mana yang paling aku suka? pastinya kue putri salju. Ngga tau dari kecil aku doyan banget sama kue yang satu ini. Sampe waktu zaman SD aku pernah ngumpet-ngumpet batal puasa demi nyicipin kue putri salju yang tersedia di meja makan. Hihihi, ngga ada yang ngeliat jadi aku cuek aja dan ngaku ke orang lain aku masih puasa kok.

Yupz... udah dulu ahh... mau terusin lagi nih bantu-bantuin mamah. Moga aja dapet THR (ngarep dikit ^_^).

Kupanggil Namamu

Sambil menyebrangi sepi
kupanggili namamu, wanitaku.
Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia.
Tak ada yang bisa kujangkau.
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerangi langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.

Kerna engkaurumah di lembah.
Dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal-hal yang besar saja.

Seribu jari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak.
Aku tak bisa kembali.

Sambil terus memanggili namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku. Penuh. Dan perawan.

Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku ditepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka=luka
dicakar masa silamku.

(dari Blues untuk Bonnie, 1971)

W.S. Rendra

Selasa, 15 September 2009

Indahnya Suasana Malam Di Sekitar Alun-Alun Kota Bandung

Beberapa hari sebelumnya aku dan mamah sudah berencana ingin 'itikaf di mesjid pada malam ganjil di bulan Ramadhan. Tujuan mesjid yang kami rencanakan ada dua pilihan, yaitu Mesjid Raya Alun-Alun Bandung atau Mesjid Daarut Tauhid. Akhirnya pilihan kami berdua jatuh ke Mesjid Raya Alun-Alun Bandung. Alasan utamanya adalah letaknya yang strategis dan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.

Niat melakukan 'itikaf itu baru terlaksana pada hari Senin, 14 September 2009, bertepatan malam ganjil ke-25 di bulan Ramadhan. Alhamdulillah juga bisa 'itikaf bersama mamah soalnya selama ini mamah terlalu sibuk. Berangkat dari rumah kurang lebih jam 16.00 WIB. Sebelum menuju Mesjid Raya Alun-Alun Bandung aku dan mamah mampir ke kantor teh Devi sambil menunggu beduk maghrib. Menjelang buka puasa, teh Devi pulang ke rumahnya, aku dan mamah menuju Rumah Makan Padang di sekitar Alun-Alun. Sekedar mengisi perut untuk berbuka puasa. Keadaan di sekitar sangat padat. Disesaki manusia-manusia yang hendak berbuka puasa dan hiruk pikuk kendaraan. Membuat susah untuk bernapas.

Jarak antara RM Padang dengan Mesjid Raya Alun-Alun Bandung terbilang cukup dekat. Memasuki mesjid aku dan mamah bergegas mengambil air wudhu dilanjutkan dengan shalat Maghrib. Istirahat sejenak sambil menunggu adzan Isya'. Tak lama adzan Isya' berkumandang. Shalat Isya' berjama'ah. Raka'at ke-2 imam membacakan QS. Al-Qodr, seolah mengingatkan para jema'ah bahwa malam ini kemungkinan malam lailatulqodar. Sangat menyentuh hati.

Rutinitas sebelum shalat sunnat Tarawih selalu diadakan kuliah tujuh menit. Tema kultumnya adalah "Rasa Nikmat". Benar-benar ceramah yang membuatku untuk mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan. Sebenarnya, bukan kuliah tujuh menit karena menghabiskan waktu 20 menit. Tak terasa. Dilanjutkan shalat sunnat Tarawih berjama'ah. Suasana shalat sunnat Tarawih di mesjid ini khusyuk berbeda dengan shalat sunnat Tarawih di mesjid sekitar tempat tinggal aku. Disini hanya satu atau dua orang yang berhenti sampai raka'at ke-8. Berbeda di mesjid sekitar temat tinggal pada raka'at ke-8 hampir setengahnya langsung pada pulang kerumah masing-masing. Alhasil shaf itu bolong-bolong.

Selesai shalat sunnat Tarawih berjama'ah mamah keluar mesjid sekedar membeli cemilan. Aku tetap berada di dalam mesjid sambil membaca buk Paris Lumiere de l'Amour yang baru di beli sekitar 3 hari yang lalu. Tak lama mamah datang membawa cemilan dan air mineral. Istirahat sejenak. Kemudian aku mulai membaca Al-Qur'an sedangkan mamah membaca Surat Yaasin. Lumayan banyak orang yang akan melakukan 'itikaf malam ini, berkisar kurang lebih 90 orang (hanya perempuan belum termasuk laki-laki).

Untuk tetap menjaga pikiran tidak mengantuk terlintas ide untuk melakukan observasi kecil-kecilan di mesjid ini (untuk ruang lingkup perempuan saja). Aku mencatat dalam jangka waktu 30 menit orang yang membaca Al-Qur'an dan yang mengerjakan shalat. Sekedar membuat otak ini berpikir bukan hanya diam.

Sekitar jam 12 malam, mamah mengingatkan aku untuk shalat sunnat Tahajjud. Bersyukur sekali punya mamah yang selalu mengingatkan aku. Aku berniat melanjutkan membaca Al-Qur'an. Akhirnya khatam Al-Qur'an. Alhamdulillah Ya Allah SWT telah mengabulkan satu permintaanku di bulan Ramadhan ini. Sementara mamah tidur sejenak. Aku terus melakukan observasi kecil-kecilan.

Tak terasa sudah dini hari. Sekitar jam 3 dini hari aku dan mamah menuju RM Ampera. Jarak antara mesjid - RM Ampera hanya kurang lebih 2 menit dengan berjalan kaki. Berbeda di siang hari harus melewati hiruk pikuk kendaraan, kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki. Suasana yang hening, dingin, sejuk, jalanan bersih dari kendaraan, tidak ada pedagang kaki lima. Pemadangan yang hanya dirasakan saat dini hari. Namun, prihatin saat keluar dari mesjid di selasar mesjid tergeletak manusia-manusia yang tertidur pulas. Mereka kaum terpinggirkan. Pedagang kaki lima tertidur dibangku didalam tenda tempat mereka berjualan. Pengayuh becak tertidur pulas dalam ruang becaknya sendiri. Itulah sekilas pemandangan perjalanan menuju RM Ampera.

Di Ampera hanya 10 orang saja yang menyantap hidangan sahur. Kurang lebih 30 menit berada di Ampera lalu kembali ke mesjid. Sekilas pemandangan tadi tak ada yang berubah hanya saat itu ada penjual sayur melintas dengan kayuhan sepedanya.

Di dalam mesjid orang-orang sedang menyantap hidangan sahur, sebagian menyantap makanan yang telah dpersiapkan dari rumah sebagian lagi menyantap makanan (nasi bungkus) dari sekretariat mesjid. Aku dan mamah istirahat sejenak. Sambil menunggu adzan Shubuh aku melanjutkan membaca Al-Qur'an dari awal lagi. Tak lama adzan Shubuh berkumandang. Dilaksanakan shalat Shubuh berjama'ah.

Setelah shalat Shubuh berjama'ah kami berdua bersiap-siap pulang. Jam 05 pagi kami keluar mesjid. Di selasar mesjid terlihat sudah bersih dari orang-orang yang tertidur pulas, hanya satu atau dua orang yang masih berjongkok sambil menundukkan kepala. Kemana mereka semua? Apakah mereka ikut shalat Shubuh berjama'ah? Tak ada yang menjawab.

Di depan mesjid tiba-tiba datang rombongan anak perempuan (anak SD) sambil membawa buku kegiatan Ramadhan. Kemudian rombongan anak laki-laki sambil menyalakan petasan. Di seberang jalan ada sekelompok kaum terpinggirkan sedang duduk-duduk di depan pertokoan dengan keadaan masih mengantuk. Tak lama lewat seorang peranakan Tionghoa melintasi depan mesjid menuntun seekor anjing. Hanya beberapa angkot saja yang baru melintasi jalanan kota Bandung ini. Sungguh pemandangan yang jarang aku lihat.

Selama perjalanan menuju rumah aku berpikir betapa indahnya kota Bandung menjelang pagi hari. Tak ada kemacetan. Udara dingin, sejuk dan segar. Waktu tempuh perjalanan pun menjadi cepat. Tak mencapai 1 jam. Sungguh perjalanan yang lancar dan mengasyikkan. Seandainya ini terjadi di siang hari. Aku beruntung bisa menikmati indahnya suasana malam di sekitar Alun-Alun kota Bandung.


Bandung, 14 September 2009

Beda Suasana Di Malam Ramadhan

Satu kata yang dapat aku temukan dari perbedaan malam kemarin dengan malam ini adalah suasana. Sedikit cerita aja kemarin 'itikaf berdua bareng mamah di Mesjid Raya Alun-Alun Bandung. Cuma satu niat dan tujuan kita berdua yaitu mengharap malam itu adalah malam Lailaatul Qodar. Tapi siapa pun di dunia ini ngga akan ada yang mampu memastikan kapan malam itu tiba. Itu menjadi rahasia Allah SWT.

Lailaatul Qodar begitu misterius. Mungkin itulah bagian hal yang menarik bagi umat muslim. Berharap dan terus berharap akan malam itu. Berusaha untuk tidak meninggalkan tiap satu malam pun di bulan Ramadhan. Sungguh Allah SWT punya sesuatu di balik rahasia-Nya itu. Mungkin juga itu sebagai trik dan upaya agar umat Muslim tidak pernah meninggalkan satu malam pun untuk beribadah pada-Nya.

Selasa, 08 September 2009

Nafas Yang Satu

Tuhan, dia adalah bunga hidup.
Sejak awal.
Walau bukan yang pertama.
Namun aku menyimpan aromanya.
Juga lembut aura dari cahaya-Mu

Rasa kesekian yang Engkau berikan.
Setelah lembaran catatan langit.
Dan... kini tuan kupu-kupu menemani hari-hari.
Bukan dari bibir, tapi dari cangkir.
Yang menjawab kehampaan dunia.

Tuhan, izinkan aku menikahi nafas yang satu ini.


Yogi Prianto

Minggu, 06 September 2009

Tasbih

pada sebagan waktu yang suci
pintu langit membuka tangga menujunya
menjemput setiap sayap-sayap putih
yang mencari permata cinta-Nya

riuh kudengar,
riang bocah menuju surau
hembus angin melantun tadarus
dan gema alam bersambut tasbih
mengagungkan-Nya

lalu ku terdiam pada suatu
waktu yang terhenti dalam hijau

aku tenggelam
pada dedaun Laa ilaaha illallah


2009
Destarini

Di Akhir Malam

Di akhir malam, air mata berbicara
Pada ketakutan akan mimpi tak berwujud

Di akhir malam, raga mengaku tak berdaya
Pada iblis tertawa

Di akhir malam, benih kasih-Nya
dirasa sebatas duri
Pada Dia setia menemani


Yogi Prianto. Bandung, Awal Ramadhan 1430

Jumat, 04 September 2009

Ballada Penyaliban

Yesus berjalan ke Golgota
disandangnya salib kayu
bagai domba kapas putih.

Tiada mawar-mawar di jalanan
tiada daun-daun palma
domba putih menyeret azab dan dera
merunduk oleh tugas teramat dicinta
dan ditanam atas maunya.

Mentari meleleh
segala menetes dari luka
dan leluhur kita Ibrahim
berlutut, dua tangan pada Bapa:
-Bapa kami di sorga
telah terbantai domba paling putih
atas altar paling agung.
Bapa kami di sorga
Berilah kami bianglala!

Ia melangkah ke Golgota
jantung berwarna paling agung
mengunyah dosa demi dosa
dikunyahnya dan betapa getirnya.

Tiada jubah terbentang di jalanan
bunda menangis dengan rambut pada debu
dan menangis pula segala perempuan kota.

-Perempuan!
mengapa kau tangisi diriku
dan tiada kautangisi dirimu?

Air mawar merah dari tubuhnya
menyiram jalanan kering
jalanan liang-liang jiwa yang papa
dan pembantaian berlangsung
atas taruhan dosa.

Akan diminumnya dari tuwung kencana
anggur darah lambungnya sendiri
dan pada tarikan napas terakhir bertuba:
-Bapa, selesailah semua!

(dari Ballada Orang-orang Tercinta, 1957)
W.S. Rendra

Hamba Sahaya

Ramadhan nan indah

Kebersamaan mengisi hari-hari mu kini
Berbagi rizqi terhadap kaum dhu'afa

Dihadapan-Mu Ya Allah swt
Kami bersimpuh pada-Mu
Kami bersujud pada-MU
Tak ada status sosial disini
Semua sama di hadapan-Mu

Ramadhan nan indah

Hamba sahaya di perantauan.
Hamba sahaya yang merindukan keluarga
di kampung halaman nan jauh.
Hamba sahaya selalu merindukan
kedatanganmu wahai Ramadhan.
Di bulan suci inilah
mereka merasakan kebahagiaan
kebersamaan
kebebasan
kesetaraan.
Meski secara fisik masih terlihat
kesenjangan sosial.
Tak menghilangkan niat tulus untuk beribadah pada-Mu.

Ramadhan nan indah
Akankah ini cepat berlalu?



Bandung, 3 September 2009
Arlin Widya Safitri

Arti Kebersamaan

Hening...

Sore hari di bulan Ramadhan
Tiba-tiba gempa mengguncang
Takbir dikumandangkan

Panik, takut, cemas semua menyatu.
Berada didekat orang yang disayangi menjadi obat penenang hati.

Seorang ibu memeluk erat anaknya yang menangis ketakutan. Kakak dan adik saling berpegangan tangan, tanpa Ayah dan Ibu. Suami dan isteri berdampingan. Semua ingin berada di dekat orang yang disayangi.

Arti kebersamaan...
Itulah hikmah dibalik musibah


Bandung, 3 September 2009
(suasana di sekitar tempat tinggal, pada kejadian gempa tgl 2 September 2009)
Arlin Widya Safitri

Rabu, 02 September 2009

gempa bikin deg-degan

Ya ampuuun... tadi gempa gedeee bangettt. Lumayan lama lagi. Tadi yang pertama sadar ngerasain gempa di rumah itu aku. Aneh juga gempa segini dahsyatnya ngga terasa sama mamah. Tapi akhirnya mamah ngeh juga. Akhirnya kita semua buru2 keluar rumah. Di luar rumah tetangga udah pada di luar rumah. Aku liat masing2 mereka berada di dekat orang yang mereka sayangi. Seorang ibu mendekap anaknya erat-erat karena anaknya menangis ketakutan. Sebelah rumah aku orang tuanya lagi pada kerja jadi di rumah cuma ade kakak. Kakaknya memeluk erat adenya. Mamah sibuk berada didekat bapak dan aku. Suami istri saling bersampingan. Suasana yang sangat mengharukan.

Seandainya waktu ini berhenti sejenak. Indahnya moment-moment seperti ini. Tapi ngga mau juga sih terus-terusan diguncang gempa. Aku mau suasana hangat seperti ini yang jangan berlalu begitu aja.

Mungkin sedikit mengambil hikmah dari kejadian gempa tadi. Tiada lain adalah "kebersamaan". Kebersamaan yang amat sangat indah. Apalagi bersama orang kita sayangi. Hmm... so sweet sekali. Sayangnya, aku kurang beruntung juga pas kejadian ini, orang aku sayangi entah ada dimana. Hanya keluarga tercinta yang menemaniku di saat-saat seperti ini. Entahlah, dia mikirin aku atau ngga? Hmm... udah deh jangan mengulang masa lalu. Capek. Anehnya dia tuh selalu ada di pikiran. Susah ngelupainnya meski sakit harus ngelupain dia. Ya Allah swt mudah-mudahan dia ngga kenapa-kenapa. Lindungilah dia dan keluarganya dimana pun dia berada. Amiin Yaa Robal 'Alamin.

Tadi udah sms ke teh iyang. Syukurlah ngga lupa lagi kayak waktu kejadian bom di Jakarta kemarin itu. Lindungilah kakak ku Ya Allah swt. Amiin yaa Robal 'Alamin.