Rabu, 24 Februari 2010

Estetika Tubuh Perempuan

Menurut Terry Eagleton, kritikus sastra Marxis dari Inggris, mengatakan bahwa estetika, bidang seni hidup dan keindahan, lahir sebagai wacana tubuh. Memang sejak akhir abad ke-20, terlebih setelah milenium baru ini, tubuh menjadi suatu bidang hidup yang semakin banyak diperhatikan dan didalami. Sebenarnya pembicaraan mengenai tubuh sudah ada sejak zaman Plato, yang masih merendahkannya dibanding dengan jiwa dan ide. Atau malah mungkin sudah dimulai sejak zaman lahirnya peradaban manusia.

Tubuh tidak hanya dipandang sebagai objek. Tubuh menunjukkan suatu situasi dan keberadaan konkret manusia. Tubuh adalah "kebertubuhan". Pandangan seperti ini mulai ditunjukkan oleh Michel de Montaigne pada abad ke-17. Baginya tubuh bukan hanya data terisolir dan karenanya sekali-kali ia tidak dapat disamakan dengan sebuah benda material.

Tiga kata yang terlebih dahulu harus dipahami: estetika, tubuh dan perempuan. Estetika adalah filosofi mengenai sifat dan persepsi tentang keindahan yang dialami si subjek terhadap karya seni baik itu objek kesenian alami maupun dari karya cipta manusia.

Keseluruhan jasad manusia dari ujung rambut sampai ujung kaki, itulah yang dinamakan tubuh. Namun, tubuh bekerja dengan bantuan roh, tanpa roh tubuh pelan-pelan akan musnah.

Dalam bahasa Indonesia, kata "perempuan" berasal dari kata "empu" yang merujuk pada gelar kehormatan "yang dituankan sebagai berkemampuan" atau orang yang ahli. Menyebut kata "perempuan" lebih menunjuk seseorang dalam konteks eksistensi dirinya daripada penyebutan wanita (sebutan bagi perempuan dewasa atau sebutan profesi). Perempuan diterjemahkan sebagai orang yang memiliki otoritas atas diri dan tubuhnya.

Estetika menilai tubuh perempuan sebagai karya seni alami; tubuh dilihat sebagai bagian keindahan dan perempuan anatomi-simbolik-semiotik-modal-otoritas-fotografi; perempuan mengalami otoritas tubuhnya sebagai sesuatu yang estetis.

Perempuan dan Teater

Kaitan perempuan dan teater sebagai hubungan simbiosis membantu kita memahami apa yang sesungguhnya dialami dan dirasakan perempuan yang menjadi korban ketimpangan dalam budaya patriarkal.

Jiwa yang muncul dalam cerita suatu pementasan teater memerlukan perantaraan tubuh agar dapat terbaca. Namun, tubuh juga dapat berbicara lewat medium teater. Perempuan dan teater bertemu pada suatu titik estetika . Itulah yang terjadi diatas pentas teater bertema perempuan. Dua bentuk keindahan yang menyublim dan memendarkan percik-percik rasa.

Teater dilihat sebagai media bagi perempuan untuk memutar kembali video kehidupannya dan menentukan sendiri adegan-adegan yang berbicara kebenaran.
Keindahan yang terdapat pada tubuh perempuan berbeda dengan keindahan yang terdapat pada tubuh laki-laki. Keindahan yang khas dari tubuh perempuan memuat cita rasa estetis yang unik. Seringkali apa yang dikenakan pada perempuan dikaitkan dengan keindahan. Sama halnya dengan teater yang merupakan bagian dari kesenian tidak mungkin lepas dari unsur estetika.

Perempuan dalam Iklan Sabun

Iklan sabun bergantung pada gagasan kebersihan dan ke-putih-an. Sabun adalah agen pembersihan barang dan juga pembersihan kulit, dan begitu gagasan mengenai kebersihan dikaitkan dengan gagasan alam atau kebudayaan, kelas dan ras, maka sabun menjadi agen pembersihan kultural, kelas dan rasial serta pada saat yang sama putih ditegaskan kembali sebagai yang disukai dan diinginkan.

Persetujuan secara penuh terhadap gagasan bahwa ras adalah konstruksi sosial sedemikian sehingga tubuh dikecualikan sebagai bagian dari konstruksi ras merupakan penyangkalan terhadap kenyataan bahwa tubuh sesungguhnya ber-ras. Perbedaan rasial ragawi yang paling ekstrem adalah antara tubuh orang ras kulit hitam (Negroid, keturunan Afrika) dan ras kulit putih (Kaukasian, keturunan Eropa). Ada juga tubuh yang berada diantara kedua ekstrem itu, misalnya tubuh yang tidak dapat didefinisikan sebagai putih atau hitam, atau tubuh yang posisinya berada diantara berbagai “ras”. Tubuh antara ini didefenisikan sebagai “ras campuran”.

Iklan sabun pada mulanya merupakan suatu kemewahan, sehingga dimaksudkan bagi orang-orang kelas menengah, tetapi bisa dijangkau oleh kelas bawah sejalan dengan berkembangnya teknologi pembuatan sabun lima puluh tahun terakhir abad 19. Sabun bermerek pertama muncul pada tahun 1884. Sejalan dengan pemberian merek, iklan sabun juga muncul dan terasialkan bersamaan dengan keterpesonaan terhadap putih dan ke-putih-an yang juga secara tidak terelakkan berkaitan dengan putih sebagai ras. Dengan demikian, iklan sabun juga menjadi agen rasisme, kolonialisme dan imperialisme.

Perempuan memiliki keindahan tubuh yang estetis menjadi perantara untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam iklan sabun. Memiliki kulit putih menjadi pesan utama yang ingin disampaikan. Kulit putih seolah menjadi bagian penting dari estetika tubuh perempuan.

Runtuhnya Estetika Tubuh Perempuan

Tubuh perempuan dinilai indah secara anatomi, simbolik, modal atau otoritas, semiotika dan juga fotografi. Sejauh mana perempuan mengenal tubuhnya? Sudahkah semua keindahan itu disadari oleh perempuan? Apakah laki-laki juga dapat menghargai keindahan itu? Sudahkah tubuh-tubuh indah perempuan mendapat perlakuan indah dari si pemilik maupun laki-laki?

Angka kematian perempuan akibat kanker payudara terus meningkat. Tidak hanya itu, berbagai peristiwa perkosaan dan kekerasan dalam rumah tangga membuat perempuan menjerit. Ajaran agama seringkali dijadikan alasan untuk melegitimasi tindak kekerasan suami terhadap istri atau melakukan praktek poligami. Perkosaan bahkan dijadikan kambing hitam untuk alasan politik tertentu.

Keindahan tubuh perempuan telah rusak, dihancurkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1). Kesalahpahaman dalam kebudayaan, dimana segala hal yang berkaitan dengan seksualitas dianggap tabu; 2). Persoalan medis, perempuan di seluruh dunia teranca penyakit kanker rahim dan payudara yang mematikan. Ini diluar kendali faktor manusia. 3). Estetika tubuh perempuan runtuh oleh laki-laki yang melakukan kekerasan, baik personal maupun massal.

Pemaknaan estetika tubuh semakin tidak jelas, apa yang diperjuangkan perempuan untuk tubuhnya dan apa yang diinginkan laki-laki terhadap perempuan? Pada dasarnya tubuh perempuan tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri atau sesama perempuan, tetapi juga bagaimana laki-laki menilainya. Ada baiknya ditelaah lagi berbagai peristiwa yang terjadi pada tubuh perempuan.

Catatan : untuk menyambut Hari Perempuan Nasional, 8 Maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar