dari jauh mengunjungi tempatmu kini
sunyi dan sejuk
pantas dirimu betah tinggal disini
semakin ku dekatkan tubuh
di depan nisan putih
tempat tubuhmu terkujur kaku
ku letakkan bunga
agar dirimu dapat mencium wewangian
dalam tidurmu
Pangkal Pinang, 5 Desember 2010
(Terinspirasi melihat deretan makam di Pemakaman Cina Sentosa, Bangka)
Arlin Widya Safitri
Rabu, 22 Desember 2010
Pasir Padi 2
yang terbentang luas, saat senja mulai menyelimuti
dari arah laut
adalah tepi pantai Pasir Padi
yang tengah terbuai hembusan angin semilir
dari arah langit
adalah aku yang tengah menikmati
pandangan mata jauh tertancap tajam
terpesona
pada karya agung Sang Pencipta
ragaku seakan merasakan kehadiranmu
di pantai ini
senyum hangat menyambut kehadiranmu
kau diam mematung
tak sepatah kata terucap
terlihat sosok tubuh dari balik punggungmu
senyum hangat seketika sirna
sebuah bisikan terdengar samar
kuberlari kecil mengejar suara bisikan itu
entah dimana
langkahku kini telah menyeretku jauh
semakin jauh
tak kulihat dirimu kini
terhapus dalam jejak langkah
tertimbun pasir putih
Pangkal Pinang, 5 Desember 2010
Pantai Pasir Padi
Arlin Widya Safitri
dari arah laut
adalah tepi pantai Pasir Padi
yang tengah terbuai hembusan angin semilir
dari arah langit
adalah aku yang tengah menikmati
pandangan mata jauh tertancap tajam
terpesona
pada karya agung Sang Pencipta
ragaku seakan merasakan kehadiranmu
di pantai ini
senyum hangat menyambut kehadiranmu
kau diam mematung
tak sepatah kata terucap
terlihat sosok tubuh dari balik punggungmu
senyum hangat seketika sirna
sebuah bisikan terdengar samar
kuberlari kecil mengejar suara bisikan itu
entah dimana
langkahku kini telah menyeretku jauh
semakin jauh
tak kulihat dirimu kini
terhapus dalam jejak langkah
tertimbun pasir putih
Pangkal Pinang, 5 Desember 2010
Pantai Pasir Padi
Arlin Widya Safitri
Pasir Padi 1
yang terbentang luas, saat senja mulai menyelimuti
dari arah laut
adalah tepi pantai pasir padi
yang tengah terbuai hembusan angin semilir
dari arah langit
adalah aku yang tengah menikmati
pesona pasir putihmu menggairahkan imajinasi
sekedar duduk termenung
beralaskan butiran pasir putih
sungguh elok rupamu Pasir Padi
pantai yang masih perawan di negeri ini
ada takut suatu hari pantaimu terkoyak
malang bagai pantai lainnya
pandangan mata jauh tertancap tajam
terpesona
pada karya agung Sang Pencipta
bibir ini masih basah berucap
terlihat tengah sekelompok remaja menjamahmu
tak mempedulikan keelokanmu
mencabik-cabik tanpa mendengar resahmu
mungkin kini,
pantaimu masih terlihat elok rupawan
miris di masa akan datang hanya tinggal kenangan
padahal wahai,
yang seketika membuai dari arah laut
pesona butiran pasir putih
hembusan angin semilir dari arah langit
adalah pantai Pasir Padi
hujan yang seketika jatuh dari mata langit
juga matamu Pasir Padi,
inikah balasan dari keelokanmu
menjamahmu dengan semena-mena
hingga keperawananmu luntur
Arlin Widya Safitri
Pangkal Pinang, 5 Desember 2010
Pantai Pasir Padi, Bangka.
dari arah laut
adalah tepi pantai pasir padi
yang tengah terbuai hembusan angin semilir
dari arah langit
adalah aku yang tengah menikmati
pesona pasir putihmu menggairahkan imajinasi
sekedar duduk termenung
beralaskan butiran pasir putih
sungguh elok rupamu Pasir Padi
pantai yang masih perawan di negeri ini
ada takut suatu hari pantaimu terkoyak
malang bagai pantai lainnya
pandangan mata jauh tertancap tajam
terpesona
pada karya agung Sang Pencipta
bibir ini masih basah berucap
terlihat tengah sekelompok remaja menjamahmu
tak mempedulikan keelokanmu
mencabik-cabik tanpa mendengar resahmu
mungkin kini,
pantaimu masih terlihat elok rupawan
miris di masa akan datang hanya tinggal kenangan
padahal wahai,
yang seketika membuai dari arah laut
pesona butiran pasir putih
hembusan angin semilir dari arah langit
adalah pantai Pasir Padi
hujan yang seketika jatuh dari mata langit
juga matamu Pasir Padi,
inikah balasan dari keelokanmu
menjamahmu dengan semena-mena
hingga keperawananmu luntur
Arlin Widya Safitri
Pangkal Pinang, 5 Desember 2010
Pantai Pasir Padi, Bangka.
Senin, 20 Desember 2010
Tali Sepatu
Sapalah gedung pencakar langit pagi ini
Tak membuat pagiku berseri
Ku tundukkan kepala ke arah kedua kaki
Tampak sepasang sepatu tanpa tali sepatu
Makna pagi ku mengerti
Aku tak mampu pergi pagi ini
Sapalah mentari pagi ini
Kelak membuat pagiku berseri
Kutelusuri jalanan penuh sesak
Kutemui pak tali sepatu
Sungguh membuat pagiku berseri
Adakah yang menyapamu wahai pak tali sepatu?
Kau begitu tegang, berdiri dan diam mematung
Hilir mudik orang silih berganti
Kau hanya berani memandang
Wahai pak tali sepatu
Kau membuat pagiku berseri
Memberi warna indah sepasang sepatu
Kelak kau akan temui pelangi
Jatinangor, 14 Desember 2010
(Terinspirasi oleh pedagang tali sepatu di gerbang kampus Unpad)
Arlin Widya Safitri
Tak membuat pagiku berseri
Ku tundukkan kepala ke arah kedua kaki
Tampak sepasang sepatu tanpa tali sepatu
Makna pagi ku mengerti
Aku tak mampu pergi pagi ini
Sapalah mentari pagi ini
Kelak membuat pagiku berseri
Kutelusuri jalanan penuh sesak
Kutemui pak tali sepatu
Sungguh membuat pagiku berseri
Adakah yang menyapamu wahai pak tali sepatu?
Kau begitu tegang, berdiri dan diam mematung
Hilir mudik orang silih berganti
Kau hanya berani memandang
Wahai pak tali sepatu
Kau membuat pagiku berseri
Memberi warna indah sepasang sepatu
Kelak kau akan temui pelangi
Jatinangor, 14 Desember 2010
(Terinspirasi oleh pedagang tali sepatu di gerbang kampus Unpad)
Arlin Widya Safitri
Jumat, 17 Desember 2010
Pangeran Hujan
Gadis kecil memimpikan pangeran hujan
Duduk diantara hembusan angin kencang
Merenung dalam derasnya hujan
Mengepalkan kedua tangan menahan kedinginan
Mengharapkan pelukan hangat
Tak ada disana
Pangeran hujan tak bisa di duga
Muncul sesuka hatinya
Tak peduli kehadiran gadis kecil
Sekilas dilihat sang pangeran hujan
Gadis kecil tersenyum
Rangkaian kata pangeran hujan menghibur lara
Lambaian tangan hanya sekedar dalam dunia khayal
Bandung, 17 Desember 2010
(Kampus Unpad Dipati Ukur dalam hujan)
Arlin Widya Safitri
Duduk diantara hembusan angin kencang
Merenung dalam derasnya hujan
Mengepalkan kedua tangan menahan kedinginan
Mengharapkan pelukan hangat
Tak ada disana
Pangeran hujan tak bisa di duga
Muncul sesuka hatinya
Tak peduli kehadiran gadis kecil
Sekilas dilihat sang pangeran hujan
Gadis kecil tersenyum
Rangkaian kata pangeran hujan menghibur lara
Lambaian tangan hanya sekedar dalam dunia khayal
Bandung, 17 Desember 2010
(Kampus Unpad Dipati Ukur dalam hujan)
Arlin Widya Safitri
Kamis, 16 Desember 2010
Menjemput Malam
Berada diantara penghuni malam
Sunyi Senyap Gelap
Para hati yang bersembunyi
ditengah kegelisahan jiwa
Tempat persinggahan para hati yang lelah berkelana
Mengelilingi dunia yang tak ada mimpi
Gersang Panas Berdebu
Terbuai dalam istirahat terpanjang
Enggan untuk terperanjat
Menjemput malam
Kutemui sosok yang tengah bercumbu dengan gadis penjual korek api
Enggan kutengok ke belakang
Berlari kecil mencari malaikat penolongku
sekedar ingin bersandar dibahunya
Menarik nafas panjang menguatkan diri
Tak ingin ku kembali ke dunia tak ada mimpi
Bandung, 16 Desember 2010
(Terinspirasi oleh dunia dongeng)
Arlin Widya Safitri
Sunyi Senyap Gelap
Para hati yang bersembunyi
ditengah kegelisahan jiwa
Tempat persinggahan para hati yang lelah berkelana
Mengelilingi dunia yang tak ada mimpi
Gersang Panas Berdebu
Terbuai dalam istirahat terpanjang
Enggan untuk terperanjat
Menjemput malam
Kutemui sosok yang tengah bercumbu dengan gadis penjual korek api
Enggan kutengok ke belakang
Berlari kecil mencari malaikat penolongku
sekedar ingin bersandar dibahunya
Menarik nafas panjang menguatkan diri
Tak ingin ku kembali ke dunia tak ada mimpi
Bandung, 16 Desember 2010
(Terinspirasi oleh dunia dongeng)
Arlin Widya Safitri
Langganan:
Postingan (Atom)