Senin, 23 Agustus 2010

Pasar Di Hari Minggu

Beratapkan langit. Dikala hujan, basahlah. Dikala panas terik, berkeringatlah. Dikala angin berhembus, sejuklah.
Hiruk pikuk. Berjejalan. Tak jadi masalah. Hati terpuaskan. Mata terhibur oleh pemandangan. Tubuh segar karena berjalan kaki dengan hilir mudik. Beragam tujuan menuju pasar.
Laki – laki, perempuan. Tua, muda. Pemuda-pemudi. Anak-anak. Bergerombol. Berpasang-pasangan. Menikmati hiburan yang hanya datang seminggu sekali.
Pedagang-pedagang yang tengah menanti. Ada yang duduk manis. Ada yang berdiri sambil berteriak menawarkan barang dagangannya. Berkeringat terkena sinar matahari.
Makanan, minuman, pakaian, peralatan rumah tangga dijajakan disini. Harga sangat murah menanti. Menarik perhatian pengunjung.
Petugas keamanan berdiam diri di depan pintu masuk. Tangan-tangan usil leluasa beraksi. Pengunjung hilir mudik menjadi mangsa. Tak ada yang peduli. Mungkin ini mata pencahariannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Tak heran hukum rimba berlaku di sini.
Jalanan di luar begitu padat. Disesaki oleh pengunjung dan kendaraan yang hilir mudik. Kemacetan sudah rutinitas.
Entah apa yang membuat hal ini menjadi biasa. Semua seperti dalam suatu penaklukkan. Tak disadari semua ditaklukkan oleh uang. Uang adalah penguasa peradaban saat ini. Ah, siapa peduli!






Arlin Widya Safitri
Bandung, 03 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar