Minggu, 28 Juni 2009

Es Potong

Hari Rabu di semester genap ini selalu membuatku ragu-ragu untuk pergi ke kampus. Bisa dibilang hari yang menjemukan. Selalu dengan penuh ketidakpastian, penuh dengan tanda tanya apakah dosen akan masuk kelas hari ini? Tentu dengan jawaban yang tidak pernah pasti. Menunggu, menunggu dan menunggu. Itulah pekerjaanku dan teman-teman yang lain di hari Rabu. Bagaimana tidak menjemukan, hari Rabu hanya ada satu mata kuliah yang tidak pernah pasti.

Hari itu aku tiba di kampus kurang lebih jam 12.30. Padahal dari rumah sudah sengaja telat supaya terhindar dari aktivitas 'menunggu'. Tapi tetap saja aktivitas 'menunggu' itu jadi rutinitas di hari Rabu. Entah bagaimana menghindari aktivitas 'menunggu' itu. Sangat menjemukan.

Tepat di depan gedung C ada Putri, Leni, Helen sedang duduk-duduk. "Eh... ada arlin", kata Leni begitu melihat aku duduk diantara mereka bertiga. "Bawa makanan ga?", kata Leni, "iya, biasana bawa makanan", kata helen, "ga...", jawabku singkat. " yah... kirain bawa makanan, lagi pengen makanan ga ada makanan nih..." kata Leni yang terus nyerocos seakan tidak bisa berhenti bicara. Tapi inilah hiburan ditengah-tengah aktivitas yang menjemukan.

Ada Mitha disamping aku, lalu aku tanya-tanya soal photocopy-an mata kuliah hari ini untuk bahan UAS. "di semester genap ini mata kuliah yang 'teu pguh' salah satunya kuliah hari Rabu ini", komentar ku singkat. "iya... bener banget teh, gimana ntar UAS nya yah? bahannya darimana?", Mitha mengomentari kata-kataku tadi.

Mitha bawa kamus B.Belanda yang dipeganginya dari tadi. Otomatis kalau keliatan Leni pasti dikomentari. "kamusnya lebih bagus dari punya kita yah?, yang kita mah pada copot-copot", kata Leni dengan panjang lebar. Dari hanya sebuah kamus jadi panjang ceritanya sampai ke "Palasari", bla... bla... bla...

Tidak lama kemudian teman-teman yang lain, M.N, Derry, dkk bilang "udah ga ada dosen, tanda tangan aja", kata Derry. Seperti biasa aku selalu menunggu untuk yang terakhir. absensi diambil Ardy (2005), sewaktu Helen mau berdiri ambil absensi jadi duduk lagi untuk menunggu giliran. Setelah Helen, Leni, dan Putri selesai tanda tangan tiba giliran aku". "Yang terakhir tanda tangan simpen lagi ke tempatnya", kata Helen. Mitha mendapat giliran terakhir. Jadi, aku, Helen, Putri dan Leni ke gerbang bareng-bareng dengan naik 'angkot gratis'. Itulah realitas dari aktivitas 'mahasiswa', sangat sederhana sekali bukan?.

Tiba di gerbang depan, mata tajam Leni langsung melihat ke arah tukang 'es potong', "eh... ayo mo beli ga?", kata Leni menawarkan kita bertiga. Dengan spontan tanpa menjawab pertanyaan Leni, kita bertiga beli 'es potong'. "mmm... ", dalam hati ku berpikir seakan kembali ke masa sd dan smp. Jadi, teringat masa-masa itu. Masa-masa ketika merasa dunia ini terasa amat sangat indah, masa-masa penuh dengan kepolosan. Kita berempat sempat ketawa-ketawa kecil melihat 'es potong' ini. Mungkin dalam pikiran masing-masing terbayang kejadian-kejadian indah di masa-masa sd dan smp. Sampai aku nyeletuk " jadi kembali ke masa-masa sd dulu yah?".

Terlintas dalam pikiranku, 'kenapa selama beberapa tahun kuliah di kampus ini belum pernah melihat orang yang berjualan 'es potong' ini?. Entahlah. Mungkin mataku kurang jeli dibandingkan Leni. Ataukah memang tukang 'es potong' ini baru bangkit dari keterpurukannya akibat ditinggalkan oleh para konsumennya. Padahal, aku merindukan 'es potong' ini sejak mulai masuk SMA. Aku baru ingat sekarang, sejak mulai masuk SMA jarang sekali aku menemukan orang yang berjualan 'es potong'. Es potong bagai hilang ditelan bumi. Sejak saat itu, mulai marak orang berjualan 'ice cone' meniru es krim yang dijual oleh restoran cepat saji seperti Mc.D. misalnya. Masyarakat Indonesia merasa bangga dengan meniru gaya hidup ala barat. Mungkin itulah salah satu faktor penyebab menghilangnya 'es potong.

Aku berpikir kasihan sekali orang yang berjualan 'es potong' saat ini harus bersaing dengan perusahaan ice cream ternama dan memiliki modal usaha yang besar. Aku teringat salah satu temanku angk.2006 memilih "ice cream Ragusa" sebagai topik skripsinya. Ice cream Ragusa merupakan salah satu dari sederet nama perusahaan ice cream ternama di Indonesia. Itulah Indonesia, dalam hal ice cream saja amat sangat terlihat perbedaan status sosial masyarakat. Lama aku berpikir tentang hal ini.

Tiba-tiba ada teman Helen melintasi kita berempat. "lagi ngapain?", tanya teman Helen tersebut. "nih beli ini", kata Helen sambil menunjuk ke arah 'es potong'. "kayak anak kecil aja", komentar teman Helen. Aku heran dengan komentar seperti itu. Memangnya hanya 'anak kecil' saja yang boleh menikmati 'es potong' yang menggiurkan ini?. Entahlah... komentar yang absurd menurutku. Teman Helen itu tidak tahu dibalik 'es potong' ini ada keceriaan 'khas anak kecil' yang pernah terjadi masa lalu dan itu terulang kembali saat ini dibalik imajinasi ketiga temanku ini. Bukankah sebelum menjadi seorang 'mahasiswa' masing-masing diri kita itu pernah mengalami masa-masa kecil? masa-masa yang indah dan tidak akan terlupakan.

Masing-masing dari kami telah mendapatkan satu buah 'es potong'. Helen rasa cokelat, Leni rasa alpukat, aku dan Putri rasa strawberry dicampur ketan hitam. "mmm... yummy... yummy...", dalam hatiku. Kita berempat berjalan sampai depan gerbang. Kita berjalan dengan agak lambat sambil menikmati 'es potong' yang yummy ini.

Didepan gerbang Leni dan Helen pamitan ke aku dan Putri. "daaaggghhh.....", kata mereka berdua dengan serempak. "daaaggghhh....", aku dan Putri menjawabnya. Putri mengajak ku beli dvd-video di sebelah kanan gerbang Unpad. Memang sudah menjadi hobby Putri dengan hal-hal yang berhubungan dngan Jepang dan Korea. Putri dari segi fisiknya mirip orang Jepang dan Korea, apalagi kalau bukan matanya yang sipit. Putri dengan bersemangat mencari film2 yang dianggapnya seru dan menarik. Ditengah-tengah keasyikan Putri mencari film2 itu, aku melihat ada Jerry Yan di salah satu cover dvd-video. Aku jadi teringat kenangan masa lalu sewaktu terjangkit 'demam F4'. Lucu kalau diingat-ingat kembali akan hal itu. Mungkin diantara ke-3 dari kelompok F4 itu yang masih eksis main film hanya Jerry Yan. Tapi aku tidak tertarik untuk membeli karena Jerry Yan dari dulu bukan yang menjadi favoritku. Aku hanya melihat-lihat saja dan kembali berimajinasi mengingat masa-masa lalu sambil menikmati 'es potong' yang menggiurkan ini. Au terus mengingat-ingat kenangan di masa lalu sampai gigitan terakhir.

Aku hanya membeli satu buah dvd-video yang berjudul "Waltz with Bashir". aku tertarik membeli karena berdasarkan kisah nyata. Putri membeli 6 buah dvd-video. Semuanya film korea. Mungkin saat ini sedang booming 'all about Korea'. Sampai di semester genap ini ada mata kuliah bahasa Korea.

Dari sana kita berdua naik angkot dan turun di 'pangdam'. Tidak puas melihat-lihat di tempat yang tadi, Putri kembali mengajakku melihat-lihat dvd-video di sekitar 'pangdam'. Aku juga berniat untuk membeli satu buah lagi dan "into the wild' yang menjadi pilihanku. Aku belum sempat menonton film ini hanya selintas pernah membaca sinopsisnya di majalah. Akhirnya aku menemukan film yang aku inginkan.

Setelah selesai melihat-lihat film, didepan bertemu bu Tanti yang sedang mendorong sepeda motor. Aku menepuk bahu Putri, "Put... ada bu Tanti". "Ibu...", dengan spontan aku menyapa bu Tanti . Bu tanti hanya membalas dengan senyum kecil.

Sebelum naik bus Damri jurusan Elang, Putri membeli pisang karamel terlebih dahulu. Sambil menunggu, aku membeli air mineral. Setelah itu, aku dan Putri naik bus Damri jurusan Elang. Tidak disangka ada Yuni (2005) yang menyapa kita berdua.

Aku dan Putri duduk di bangku hampir paling belakang. Di dalam bus itu aku terus megingat-ingat kenangan indah di masa lalu. Masa kanak-kanak yang begitu polos dan tidak terlupakan. Aku berpikir, ternyata jarang sekali aku punya kesempatan seperti sekarang ini. Dimana satu hari untuk mengenang diri sendiri, bukan sejarah-sejarah orang lain. Ternyata hanya diri sendiri yang dapat membawa kembali ke sejarah diri kita sendiri.

Terima kasih Helen, Leni dan Putri membuat hari Rabu yang menjemukan menjadi hari yang menyenangkan. Tidak disangka hanya sebuah 'es potong' bisa menghiburku di tengah-tengah hari yang menjemukan dan membawa ku kembali ke masa lalu.

Bandung, 07 Juni 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar